|
GUNA menyelamatkan air tanah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI membangun sanitari pengolahan limbah domestik berukuran raksasa. Pembangunan diprediksi bakal memakan anggaran hingga US$500 juta. Asisten Sekda Bidang Perekonomian DKI Hasan Basri Saleh di Jakarta, kemarin, mengatakan sanitari raksasa itu untuk meminimalkan pencemaran air tanah yang saat ini makin memprihatinkan Hasan mengatakan pendanaan pembangunan tidak sepenuhnya dari anggaran daerah. Pihak swasta melalui obligasi daerah juga dilibatkan. Rencana pembangunan kini memasuki tahap peninjauan masterplan yang sudah dilakukan Februari lalu. “Nanti akan dilanjutkan melalui studi kelayakan. Target pengerjaan fisik sanitari pengolahan limbah itu akan dimulai pada 2015,“ ujar Hasan. Menurut Hasan, pembangunan sanitari itu merupakan upaya Pemprov DKI untuk memperbaiki kualitas air tanah yang saat ini telah tercemar bakteri e-coli sehingga tidak laik lagi dikonsumsi. Saat ini baru 2,5% limbah yang tertangani karena instalasi pengolahan air limbah (IPAL) milik Pemprov DKI baru satu yakni di Setiabudi, Jakarta Selatan. Hasan menambahkan, dengan adanya sanitari nantinya setiap limbah domestik warga tidak lagi dibuang melalui septic tank, tetapi langsung ke IPAL. Pakar lingkungan dari Universitas Indonesia Tarsoen Waryono mengingatkan agar Pemprov DKI tidak membangun sanitari pengolahan limbah dengan posisi di atas 5 meter dari permukaan laut. “Kalau dibangun pada posisi di bawah 5 meter, justru akan memperkeruh masalah. Buat menyelamatkan air tanah, proyek sanitari pengolahan limbah harus di posisi di atas 5 meter dari permukaan laut,” katanya di Depok, kemarin. Ketua Pascasarjana Program Studi Biografi Universitas Indonesia itu mengatakan, yang paling penting lagi, pembangunan sanitari harus di posisi yang tepat karena nantinya akan berpengaruh terhadap 13 aliran sungai yang mengalir di DKI Jakarta. (Ssr/KG/J-2) Post Date : 05 Juni 2012 |