Selalu Menghadapi Kendala saat Musim Kemarau

Sumber:Suara Merdeka - 19 Mei 2006
Kategori:Air Minum
DARI tahun ke tahun, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Majenang selalu menghadapi permasalahan klasik. Sampai sekarang persoalan tersebut belum terpecahkan secara permanen, terutama menyangkut sumber air.

Sebenarnya, PDAM Cabang Majenang memiliki tiga sumber air. Yaitu air bawah tanah yang disedot dengan pompa, air baku yang diambil dari Sungai Cijalu, dan air pegunungan yang dialirkan secara grafitasi.

Meski sudah memiliki tiga sumber air, bukan berarti perusahaan itu tidak pernah mengalami kesulitan. Setiap tahun kesulitan selalu muncul, terlebih lagi pada saat musim kemarau.

Menurut Kepala PDAM Cabang Majenang Edy Setiyawan, untuk mengambil air bawah tanah maka perusahaan tersebut membuat 12 sumur. Air itu disedot dengan pompa. Namun sekarang sumur yang masih dimanfaatkan tinggal delapan, dengan kapasitas produksinya 16 liter/detik.

Pengambilan air bawah tanah, pada saat musim hujan tidak dipermasalahkan warga. Namun begitu memasuki kemarau, warga setempat pasti akan mempersoalkan. Sebab, pengambilan air dengan pompa hingga mencapai produksi 16 liter/detik cukup menyedot kandungan air bawah tanah di daerah tersebut. Akibatnya, sumur penduduk banyak yang menjadi kering. Padahal belum semua penduduk setempat berlangganan air PDAM.

Untuk mendukung sumber air bawah tanah, PDAM setempat lalu membuat Instalasi Pengolah Air Lengkap (IPAL) di dekat Gelanggang Olahraga Remaga (GOR) Majenang. Instalasi berkapasitas 15 liter/detik ini dibangun pada 2001.

Instalasi tersebut mengolah air baku yang diambil dari Sungai Cijalu. Jarak Sungai Cijalu ke IPA cukup jauh, sehingga air dari sungai tersebut harus dipompa dan disalurkan melalui pipa yang ditanam di bawah tanah.

Instalasi pompa (intake ) yang berfungsi menyedot air dari Sungai Cijalu dipasang di sebelah timur Bendung Cijalu. Pada musim hujan, debit air di sungai itu cuk up tinggi, sehingga pengambilannya tidak dipermasalahkan.

Namun pada musim kemarau, debit air di sungai tersebut turun dratis, sehingga PDAM harus mau berbagi dengan petani. Sebab, petani di wilayah Majenang mengandalkan suplai air dari Bendung Cijalu.

Agar tetap mendapat jatah air, pihak PDAM lalu membayar retribusi ke pihak pengairan. Tidak hanya itu, PDAM juga diminta membantu mesin pompa ke petani di Desa Pahonjean dan Mulyadadi. Pompa tersebut digunakan untuk menyedot air dari sungai, lalu dialirkan ke sawah.

Dirut PDAM Cilacap, Budi SG Handoko menambahkan, PDAM Cabang Majenang selama ini selalu rugi. Sebab, sumber air yang dimiliki terbatas, sehingga tidak berani menambah pelanggan.

Padahal, dari 2.784 pelanggan yang ada seluruhnya merupakan rumah tangga. Mereka merupakan pelanggan tetap yang hanya mengandalkan air PDAM. Di Majenang tidak ada pelanggan industri. Dengan demikian, pelayanan yang diberikan cabang tersebut masih bersifat social oriented, belum mengarah ke profit oriented.(Agus Sukaryanto-42s)



Post Date : 19 Mei 2006