Sekolah Percontohan tak Memiliki WC

Sumber:Pikiran Rakyat - 16 Juni 2008
Kategori:Sanitasi

Jalan menanjak dan berbatu tak menyurutkan semangat murid-murid SDN Sukawangi di Desa Bojong, Kec. Nagreg, Kab Bandung untuk pergi ke sekolah. Mereka tak sabar untuk segera sampai di halaman sekolah yang tertata rapi.

Gapura warna merah dan pagar setinggi 1 meter menyambut kedatangan mereka. Di jalan setapak menuju kelas-kelas, di kiri jalan terdapat aneka warna bunga yang dihalangi pagar bambu setinggi 30 cm. Dan di sebelah kanan, terdapat jajaran pot tanaman yang dibuat dari ban bekas dan dicat warna-warni. Tak terlihat satu pun sampah yang berserakan.

Memasuki kelas, tiang-tiang koridor yang terpancang ditempeli gambar rambu lalu lintas. Suasana sekolah yang sederhana, nyaman, dan bersih membuat sekolah yang terletak di kaki Gunung Mandalawangi Kab. Bandung ini menjadi sekolah percontohan yang berbudaya lingkungan hidup sejak 2002 .

Kepala SDN Sukawangi Aan Yuliani yang ditemui Senin (9/6) lalu, menceritakan awal mula terpilihnya SDN Sukawangi sebagai sekolah percontohan yang berbudaya lingkungan hidup. Menurut Aan, sebelumnya sekolah ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan.

"Sekolah ini berdiri sejak 1982. Sebelum dijadikan sekolah percontohan, kondisinya jauh dari layak, boro-boro halamannya asri. Atapnya sudah mau roboh, di belakang sekolah tumbuh alang-alang, cat temboknya terkelupas, dan banyak coretan anak-anak," ungkap Aan.

Pada 2002, datang dua orang dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) IPA Dinas Pendidikan Jabar. Mereka meminta Aan dan beberapa guru untuk mengikuti diklat tentang lingkungan hidup. Setelah mengikuti diklat, mereka bertekad untuk mengubah SDN Sukawangi menjadi sekolah yang berbudaya lingkungan hidup.

Langkah menuju ke sana tidaklah mudah. Aan menyadari, sekolah yang dipimpinnya berada di lingkungan masyarakat golongan menengah ke bawah. Dari 222 murid SDN Sukawangi, yang tinggal di rumah permanen hanya 10 persennya.

"Jujur saja, masalah yang kami hadapi adalah uang. Kalau mengharap dari dinas, butuh proses. Akhirnya, kami berkeliling dari rumah ke rumah, bukan minta sumbangan, tetapi meminta bantuan tenaga. Tenaga untuk sama-sama membangun sarana dan prasarana sekolah yang harus segera dibenahi. Kami juga menyisihkan dana BOS untuk menutupi kekurangan," tutur Aan yang telah menjadi Kepala SDN Sukawangi selama 11 tahun.

Kegigihan Aan beserta guru-guru SDN Sukawangi membuahkan hasil. Saat ini, di halaman sekolah yang tidak luas itu, telah berdiri tanaman obat keluarga dan warung hidup seperti kunyit, jahe, dan daun bawang. "Kami bersama-sama menjaga semua kenyamanan ini. Prestasi anak-anak meningkat karena suasana belajar yang menyenangkan," ujar Aan.

Setiap tahun, ketika tim P4TK datang untuk melakukan evaluasi, sekolah ini selalu memenuhi kriteria sebagai sekolah yang berbudaya lingkungan hidup. Dan dalam waktu dekat akan dinobatkan sebagai salah satu sekolah percontohan lingkungan hidup di tingkat Prov. Jabar.

Menurut Aan, sekolahnya terpilih sebagai percontohan karena berada di lingkungan yang memiliki ruang terbuka hijau sangat luas. Namun, keluarga besar SDN Sukawangi menyadari, di tengah prestasi sekolah ini, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi.

"Kami ingin segera membangun kamar mandi untuk murid. Selama ini, jika buang air kecil di atas sekam dan abu gosok yang ditaruh di dalam lubang, dan jika buang air besar, disuruh pulang dulu," kata Aan. (Windy Eka Pramudya)



Post Date : 16 Juni 2008