[PALANGKA RAYA] Luapan air Sungai Kahayan dan Rungan terus naik. Sejumlah sekolah yang terendam terpaksa diliburkan, seperti di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tumbang Nusa I, Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Saiful (43), guru SDN Tumbang Nusa I ketika dikonfirmasi, di Palangka Raya, Rabu (13/1) pagi mengatakan, kebijakan libur ini terpaksa dilakukan. Semua lantai terendam sampai setinggi lutut atau sekitar 40 sentimeter (cm) dari atas lantai. Padahal, sekolah sudah dibangun menggunakan sistem panggung dengan ketinggian 2 meter. Banjir kali ini sungguh tinggi dan naiknya cepat, katanya.
Gumerhard S Liwan, Kepala Desa Tumbang Nusa mengatakan, dalam dua hari ini, kenaikan air memang sudah melambat, tapi terus naik sekitar 15 cm sampai 20 cm dalam sehari. Warga sangat khawatir, udara tampak mendung, tidak menutup kemungkinan hujan lebat susulan dan air kiriman dari bagian hulu bertambah.
"Kini membuat dipan tempat bertahan sudah maksimal, lebih tinggi dari dasar jendela rumah. Kalau air bertambah tinggi, kami bingung, harus mengungsi ke mana. Mencari tanah yang tinggi supaya terhindar dari banjir sangat jauh. Bertahan kini hidup sebagian terpaksa memilih tidur di kelotok (perahu mesin Red)," katanya.
Selain merugikan kehidupan ekonomi warga, banjir berpengaruh bagi pendidikan anak-anak. Sudah dua hari ini anak-anak tidak masuk sekolah. Para guru tidak bisa disalahkan, mereka siap mengajar, tapi lantai sekolah terendam. Lagi pula meskipun tidak terendam, memaksakan anak-anak sekolah sangat berbahaya. Kalau anak-anak senang saja sambil sekolah main air, tapi orang tua takut risiko bisa tenggelam dan terseret arus, katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Kalteng Hardy Rampay mengaku telah mendapat laporan beberapa sekolah diliburkan. Libur ini secara otomatis, bukan diperintah. Bukan musim libur, tapi sekolah tidak mungkin kalau lantai gedung sekolah terendam. Kalau dalam kondisi membahayakan bagi anak didik, tidak mungkin dipaksakan anak-anak bersekolah.
Sangat Berbahaya
Dia telah turun memantau langsung di beberapa SD di wilayah Kota Palangka Raya. Kondisi air memang tidak mungkin dipaksa anak-anak sekolah. Sebagian sekolah panggung ada yang belum terendam lantainya, tapi menjangkau sekolah itu hanya bisa menggunakan perahu. Hal semacam ini sangat berbahaya. Orangtua murid tidak berani menyuruh anak mereka sekolah.
Kondisi air memang mulai bertahan. Diharapkan, tidak hujan lebat, terutama di bagian hulu Sungai Kahayan dan Rungan yang akhirnya membuat debit air bisa bertambah tinggi lagi, katanya.
Hampir meluapnya Sungai Brantas, Sabtu (9/1) diduga menyeret Tomi (14), warga Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Orangtua korban, Sunardi (50) beserta kerabat dan tetangganya, dibantu perangkat desa hingga Selasa (12/1) malam masih melakukan pencarian.
Menurut Sunardi, putranya yang masih duduk di bangku kelas dua SMP itu semula, pamit buang air ke sungai, Sabtu petang. Namun, ditunggu hingga malam, anaknya tidak pulang. Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, malam itu Sunardi beserta keluarga serta para tetangga mencari ke tanggul sungai.
Di tanggul Sungai Brantas, yang airnya hampir meluap (sebatas bibir tanggul), mereka hanya menemukan sepeda dan pakaian yang terakhir dikenakan Tomi ketika berangkat pamit ke sungai. [106/070/WMO/080/142/ 149/152/154/156/151/155]
Post Date : 13 Januari 2010
|