|
NUSA DUA (SINDO) Ras manusia menghadapi kepunahan jika gagal menghadapi perubahan iklim. Penegasan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim di Nusa Dua, kemarin. Ban mendesak para negosiator segera beraksi untuk menyelesaikan dokumen keputusan final UNFCCC. Keputusan final itu termasuk desakan pada negara industri memotong emisi mereka antara 25% dan 40% pada 2020. Situasinya sangat mengkhawatirkan. Setiap penundaan dapat mengakibatkan dampak ekologi, keuangan, dan kemanusiaan yang dramatis. Kita ada di persimpangan jalan. Satu jalan menuju kesepakatan perubahan iklim yang komprehensif, jalan yang lain menuju kepunahan, kata Ban. Ban tiba di Bali untuk mengikuti pekan terakhir dari dua pekan konferensi yang bertujuan menyepakati kerangka kerja untuk Protokol Kyoto tahap II setelah 2012. Draf terakhir yang telah beredar termasuk beberapa pernyataan baru tentang komitmen pembatasan emisi oleh negara-negara industri. Amerika Serikat (AS) menolak Protokol Kyoto karena memasukkan mandat pemotongan emisi. Washington menghendaki agar target itu tidak mengikat dan bersifat sukarela. Penolakan Pemerintah AS itu mendapat tentangan dari Senat AS sendiri yang telah mengesahkan rancangan undang-undang untuk memotong emisi gas mereka. Protokol Kyoto mengamanatkan pada 36 negara industri untuk mengurangi karbondioksida dengan memangkas 5% emisi di bawah level 1990 dalam lima tahun ke depan. Australia, meskipun telah menandatangani kerangka kerja Protokol Kyoto, juga menyebutkan penundaan kesimpulan demi menunggu studi lebih lanjut pada tahun depan.Kami menyadari perlunya target sementara. Kami telah menyadari kejelasan proses analisis ilmu pengetahuan dan ekonomi untuk menentukan apakah target sementara harus ada, kata Penny Wong, Menteri Perubahan Iklim Australia, kemarin. (syarifudin) Post Date : 12 Desember 2007 |