”Sekarang, sumber air su (sudah) dekat… karena mudah ambil air, katong (kita orang/kami) bisa hidup sehat….” Masih ingat bocah kecil berkulit hitam berambut keriting yang menyuarakan kalimat itu dalam iklan Danone Aqua?
Dominggus Kabnani (15) membintangi iklan program Satu Untuk Sepuluh (SUS) dari perusahaan air minum itu. Sejak muncul di televisi, Dominggus mendadak terkenal di Nusa Tenggara Timur (NTT). Suaranya yang ”Timor banget” itu banyak dijadikan nada dering telepon seluler.
Ketika Kompas melihat implementasi program SUS, awal Agustus, ucapan pelajar kelas I SMP Nenotes, Desa Noebana, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, itu tak salah. Sumber air memang sudah dekat. Kampung kelahiran Dominggus yang berjarak 200-an kilometer di timur Kota Kupang itu kini memiliki air bersih melimpah.
Dulu Dominggus harus berjalan hingga 1 kilometer menuju sumber air di perbukitan, dengan kondisi jalan berbatu dan naik-turun. Warga dusunnya pun begitu. Kini mereka hanya melangkah beberapa ratus meter dari rumah, putar keran, maka air bersih pun mengalir.
”Selain hemat tenaga dan hemat waktu, saya juga mandi lebih sering. Jika dulu mandinya dua hari sekali, sekarang menjadi tiga kali sehari. Banyak mandi lebih enak di badan,” ujar bocah warga Dusun II Suni, Desa Suni, Noebana, ini malu-malu.
Atria Bana, siswi kelas V SD Inpres Bunu, Noebana, juga mandi tiga kali sehari. Sebelumnya, ia mandi sehari sekali. ”Dulu saya ambil air di sini,” katanya menunjuk sumur berdiameter 1,5 meter yang terletak sekitar 50 meter di belakang rumahnya.
Air berwarna keruh terlihat di dalam sumur berdinding batu itu. Air sumur itulah yang dulu sering diambil tak hanya untuk mandi, tapi juga untuk memasak.
Ubah perilaku
Dulu, ketimbang berjalan jauh dan boros waktu, warga terpaksa mengambil air dari sumur-sumur seperti itu. Begitu program SUS dijalankan, kebiasaan warga di dusun-dusun yang belum terjamah listrik ini berubah. Perilaku hidup bersih mulai tumbuh.
”Sekarang, sebelum dimasak, sayur kami cuci. Para ibu yang mendapat penyuluhan kini aktif mengajak suami dan anggota keluarga membiasakan cuci tangan. Awalnya agak sulit karena warga sudah terbiasa tidak mencuci tangan dan merasa baik-baik saja. Tapi hasilnya terasa sekarang. Penyakit diare dan kulit jarang dialami,” kata Antonia Hala (29), warga Dusun II Mela, Noebana.
SUS merupakan program pengadaan air bersih yang tahap pertama dimulai Juni 2007 dan berakhir Juli 2009. Program ini mencakup 52 dusun di empat kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, yakni Boking, Amanatun Utara, Toianas, dan Noebana.
Pengambilan air dari sumber di perbukitan menggunakan sistem perpipaan memanfaatkan gaya gravitasi dan sistem pompa hidran (tanpa listrik) bagi daerah yang terletak di atas sumber air. Air disalurkan melalui 19 keran dan 45 sumur. Sumur yang dimaksud berbentuk seperti sumur biasa, hanya saja bagian atasnya ditutup dan air diambil menggunakan pompa tangan.
”Perpipaan masih terus dibangun. Agustus 2009 akan ada tambahan 30 sumur lagi sehingga SUS bisa menyediakan akses air bersih bagi 19.000 warga di 52 dusun di Timor Tengah Selatan,” ujar Binahidra Logiardi, Water and Sanitation Program Manager PT Tirta Investama, produsen Danone Aqua. Namun, ia menolak menyebutkan dana yang dikeluarkan perusahaan itu.
Dalam menjalankan program SUS, Danone bermitra dengan Action Contre la Faim (ACF) dan Yayasan Ndua Ate (Yasna). ACF memetakan wilayah dan teknis lapangan. Adapun Yasna, LSM lokal, memfokuskan pada penyuluhan dan pengawasan mutu air.
Bagi warga, SUS dianggap berhasil karena tak sekadar menghadirkan air bersih lebih dekat dan cepat, tapi juga memunculkan kesadaran hidup sehat. Benyamin Banak, Bapak Desa (Kepala Desa) Suni, mengaku optimistis desanya akan maju. ”Warga saya jarang sakit diare sekarang. Anak-anak juga lebih sehat. Saya dan para orangtua di sini ingin anak-anak bisa banyak yang kuliah. Tidak seperti saya yang hanya tamatan SMA,” ujar Benyamin.
SUS menarik dan unik karena warga dilibatkan bergotong royong dalam pengerjaan bangunan fisik. Untuk menjaga dan memelihara sarana fisik, puluhan panitia air dibentuk di dalam masyarakat. Petrus Nenuson, Bapak Dusun (Kepala Dusun) I Mela, Noebana, menjadi penanggung jawab panitia air di dusunnya. Tiap hari ia rutin mengecek ke lokasi pompa hidran.
Ke depan, Danone Aqua akan melanjutkan program SUS di lokasi lain di Provinsi NTT. ”Kami masih mencari informasi dusun- dusun mana yang paling tepat disentuh oleh program SUS,” kata David Wala, Program Manager ACF.
Program kepedulian sosial dari perusahaan swasta bermitra dengan lembaga yang memahami permasalahan masyarakat seperti inilah yang dibutuhkan untuk menjawab masalah masyarakat. Dengan demikian, ”sumber air su dekat” pun akan terdengar di mana-mana.… Lukas Adi Prasetya
Post Date : 18 Agustus 2009
|