|
[JAKARTA] Hujan deras yang mengguyur Ibukota, sekitar dua jam Senin (8/9) dini hari, sekitar pukul 01.00 hingga 03.00 WIB, mengakibatkan genangan air di beberapa wilayah. Berdasarkan pantauan SP, terjadi genangan air sedalam 10-25 sentimeter di Kompleks Polri di Kali Krukut, Pondok Karya, Kemang, Jakarta Selatan. "Tadi pagi ketinggian air sempat hingga 25 cm. Seperti biasa, air dibawa Kali Krukut," kata Lisda, warga Pondok Karya. Dikatakan, biasanya walaupun ketinggian air mencapai 25 cm atau lebih, genangan itu hanya berlangsung selama beberapa jam. Tetapi, tetap juga cukup mengganggu aktivitas warga. "Tergantung lamanya hujan. Kalau hujan terus-terusan air tidak surut-surut. Kalau tadi pagi, sebelum azan Subuh air sudah surut. Kita sempat sahur di tengah-tengah banjir," ujarnya. Genangan air juga terjadi di Kampung Sawah, belakang Jl Tendean. Hingga berita ini diturunkan, genangan masih mengganggu aktivitas warga. Menurut warga, banjir di wilayah ini tidak jarang mengganggu aktivitas sekolah di wilayah Tendean, seperti Sekolah Tarakanita Jakarta. Menurut beberapa warga yang di sana, bila hujan turun cukup deras, air menggenangi pelataran sekolah, hingga masuk ke ruang kelas. Warga sekitar juga meminta pihak terkait agar menangani pendangkalan Kali Krukut. "Pemprov seharusnya segera mengeruk kali itu, sehingga pada musim hujan nanti, banjir tidak menerjang permukiman," ujar Yanto, warga setempat. Sementara itu, hasil pantauan SP di sepanjang Sungai Ciliwung, tepatnya di Jl Sultan Agung, Manggarai, Jakarta Selatan, pengerukan sudah sampai di depan terminal bus Manggarai. Pengerukan oleh kontraktor itu sudah berlangsung sejak dua bulan lalu mulai di depan waduk Manggarai. Ketebalan lumpur yang bercampur dengan sampah-sampah plastik mengakibatkan pekerjaan berlangsung cukup lama. Apalagi, alat berat berupa ekskavator yang digunakan hanya satu unit dan ditempatkan di atas pelampung, karena debit air kali yang sudah tinggi. Hal itu cukup menghambat alat bekerja maksimal. "Alatnya tidak bisa bekerja maksimal, karena ditempatkan di atas pelampung apalagi lumpurnya sangat tebal ditambah sampah plastik yang dibuang warga," kata salah seorang pembantu operator yang enggan disebut namanya. Lumpur-lumpur yang dikeruk selanjutnya ditimbun di pinggir-pinggir kali yang selanjutnya diangkut ke tempat lain. Di sepanjang Jalan Sultan Agung tampak ada dua gundukan lumpur hasil pengerukan dengan ketinggian sekitar 15-20 meter. Sejumlah warga di kawasan Karet Sawah, Jakarta Pusat meminta Pemprov DKI segera mengeruk Kali Krukut yang mengalir tepat di belakang Hotel Aston. Menurut mereka, pengerukan harus dilakukan agar tidak menimbulkan banjir pada musim hujan yang diperkirakan Oktober mendatang. "Kali ini sudah lama tidak dikeruk. Setiap musim hujan, kali ini selalu menimbulkan banjir di permukiman pada warga di sini," ujar Rohmat, warga Karet Sawah saat ditemui SP, Senin pagi. Hal senada disampaikan Abdullah, warga lainnya. Dia berharap Pemprov DKI tidak hanya mengeruk kali di Manggarai, Jakarta Selatan, tapi juga Kali Krukut. "Kami sangat tersiksa ketika musim hujan tiba. Rumah kami selalu kebanjiran. Padahal, kami tidak menetap di bantaran sungai. Kami minta supaya Pemprov DKI segera mengeruk sungai ini apalagi sebentar lagi sudah mulai musim hujan," ujarnya. Pantauan SP di lokasi menunjukkan, kali terlihat dangkal, banyak sampah organik maupun nonorganik tersebar di atas kali. Kali juga terlihat mulai menyempit karena adanya penumpukan tanah yang dibawa air kali. Kondisi ini juga diperparah kali itu terlihat sudah lama tidak dikeruk. Dalam hujan seminggu terakhir ini, air kali terlihat sudah mulai meninggi sekitar 50 cm dari kondisi biasanya. Pancaroba Di tempat terpisah, Koordinator Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) DKI Jakarta Ponco Nugroho mengemukakan, fenomena yang terjadi saat ini adalah peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Masa ini disebut musim pancaroba. "Dalam satu-dua hari masih akan terjadi hujan, tetapi setelah itu hilang. Kemudian minggu depan baru akan terjadi hujan lagi. Kejadian akan terus terjadi seperti itu sampai musim hujan benar-benar terjadi," kata Ponco saat dihubungi SP, Senin pagi. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini belum memasuki musim hujan karena musim hujan diperkirakan baru terjadi awal Oktober untuk Jakarta Selatan dan awal November untuk Jakarta Utara. Dijelaskan, suatu masa disebut musim hujan jika dalam sebulan jumlah curah hujan mencapai 150 milimeter (mm). Saat ini jumlah curah hujan di bawah 50 mm. Dengan itu maka hujan tetap terjadi meski sedang musim kemarau. "Musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan. Hujan yang terjadi akhir-akhir ini adalah hal biasa yaitu situasi di mana hujan tetap terjadi meski sedang musim kemarau," ujarnya. [YRS/RBW/B-15] Post Date : 08 September 2008 |