|
BANDUNG -- Sejumlah tempat pembuangan sementara (TPS) sampah di Kota Bandung tak bisa lagi digunakan. Pasalnya, warga di sekitar TPS menutup secara sepihak TPS tersebut. Akibatnya, sampah rumah tangga terlihat berserakan di depan beberapa rumah warga. TPS yang ditutup diantaranya, TPS Puter, TPS Tamansari, dan TPS Taman Cibeunying. Ketiga TPS itu ditutup atas dasar inisiatif warga sekitar. ''Saya terganggu sekali waktu sampah menumpuk di TPS dan pengangkutannya telat,'' ujar Endang (42 tahun) warga Taman Cibeunying. Endang mengatakan, saat sampah menumpuk, ia dan kelaurganya tidak bisa tidur nyenyak. Dalam semalam ia bisa terbangun beberapa kali karena bau sampah yang menyengat. Sedangkan pada siang hari, lalat dan belatung terlihat jelas. Akibatnya, warga sekitar sulit untuk makan. Yang ada hanya perasaan mual, pusing, dan gatal-gatal. Di TPS Tamansari, salah satu pedagang, Andi (28) mengatakan, sudah beberapa minggu TPS tersebut ditutup. Namun kini, terkadang ia merasa kesulitan membuang sampah ketika sudah menumpuk di depan tokonya. Sementara itu, sebanyak 750 orang warga Kelurahan Sekeloa mengikuti gerak jalan. Acara yang diberi tema Kenali Lingkungan Peduli Kelola Sampah ini, diikuti 15 RW. Selain itu, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jabar yang menyelenggarakan kegiatan ini memberikan bantuan berupa alat reaktor sampah untuk setiap RW. Humas DPW PKS, Ahmad Yani, mengatakan, kegiatan ini dilakukan sebagai wujud kepedulian PKS terhadap masalah sampah. Ia menambahkan, para peserta dibekali leflet yang berisi tentang pengelolaan sampah di masyarakat. Predikat Kota Terkotor Keinginan sejumlah LSM agar predikat Kota Bandung sebagai kota terkotor dicabut tidak mendapat respon dari Menteri Lingkungan Hidup, Rahmat Witoelar. Bahkan Rahmat menyatakan predikat itu tak akan dicabut. Pasalnya, predikat itu diberikan bukan untuk melecehkan, tapi hasil observasi dari sebuah tim. ''Predikat itu tidak perlu dicabut, yang kami inginkan Bandung sama seperti Depok, Banjarmasin, dan Balikpapan sebagai kota yang akhirnya menggunakan momentum emosional untuk meningkatkan kinerjanya,'' ujar Rahmat usai acara Sweet Town O'Mine, Warnai Bandungku yang diadakan untuk menyambut Hari Lingkungan Hidup, Ahad (26/6). Pihaknya, sambung Rahmat, sudah memberikan pengertian bahwa predikat Bandung kota terkotor bukan untuk melecehkan. Predikat itu, lanjut Rahmat, hasil observasi dan penilaian yang dibuat oleh tim melalui program Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Nilai Kota Bandung, kata dia, paling rendah, karenanya memperoleh predikat terkotor. ''Itu bukan penilaian langsung dari KLH, tapi oleh suatu dewan yang anggotanya bukan orang-orang KLH. Hanya programnya saja yang memang dari kami. Sebenarnya, saya melihat Kota Bandung ada kemajuan. Adanya apresiasi itu dengan sendirinya predikat tersebut sudah tercabut,'' tutur Rahmat. Mengenai penanganan sampah di Kota Bandung, sambung Rahmat, Presiden mengatakan akan dijadikan contoh penanganan sampah secara nasional. Pasalnya, sampah menjadi masalah menyeluruh di seluruh Indonesia. Jadi, imbuh dia, harus digalang suatu konsep percontohan mengelola sampah kota. ''Tentunya, pengelolaan sampah kota itu dimulai di sini (Bandung,red). Karena kita sudah membuat konsep,'' ujarnya. Untuk menyelesaikan sampah di Kota Bandung, cetus Rahmat, ternyata Pemkot Bandung tidak bisa menyelesaikan sendiri. Karena ada unsur-unsur yang harus terlibat di dalamnya. Misalnya, masyarakat, dan pengusaha harus diajak untuk bekerjasama. (kie/ren ) Post Date : 26 Juni 2006 |