|
INDRAMAYU (Media): Kondisi sejumlah sungai di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, diperkirakan bakal menjadi penyebab banjir di wilayah itu akibat tanggul yang kritis karena sedimentasi. Sungai-sungai yang bakal meluap pada musim hujan ini antara lain Sungai Cilalanang, Cipanas, Menir, Tuan, dan Sungai Cimanuk. ''Padahal sungai-sungai tersebut selama ini menjadi andalan untuk menampung air dalam kapasitas yang cukup besar,'' kata Kepala Sub Dinas Perencanaan, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Indramayu Rukanda, kemarin. Menurutnya, luapan sungai-sungai tersebut bakal menggenangi sejumlah wilayah, antara lain Kecamatan Sukra, Patrol, Kandanghaur, Losarang, Arahan, Terisi, Jatibarang, Cantigi, dan Kecamatan Tukdana. Rusaknya tanggul di sejumlah sungai, ujar Rukanda, terjadi setiap tahun dan semakin parah. Penyebabnya antara lain tingkat sedimentasi yang tinggi serta akibat air laut pasang, sehingga tanggul tidak mampu lagi menahan air. Untuk mencegah banjir, Dinas PU Pengairan Kabupaten Indramayu berupaya mengantisipasi, di antaranya melalui normalisasi sungai. ''Tanah hasil galian dasar sungai dimanfaatkan untuk menambal tanggul yang rusak dan kritis,'' kata Rukanda. Tetapi, normalisasi sungai dan penambalan tanggul tidak bisa dilakukan di seluruh sungai akibat minimnya anggaran. Dia menyebutkan, untuk normalisasi sungai dan perbaikan tanggul kritis dibutuhkan dana Rp5 miliar hingga Rp10 miliar. Sedangkan anggaran yang tersedia hanya Rp1,5 miliar. Banjir juga mengancam warga yang bermukim di daerah aliran sungai di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, akibat beberapa sungai belum dinormalisasi dan tanggul rawan jebol. Mereka diminta siaga menghadapi bencana itu pada musim hujan ini. ''Dari beberapa sungai yang berpotensi meluap dan menyebabkan banjir, yang paling berbahaya adalah Sungai Dengkeng. Anak Bengawan Solo itu berhulu di Gunung Merapi,'' kata Kepala Sub Dinas Pengairan Dinas PU Klaten Joko Wiryanko, kemarin. Selain Sungai Dengkeng, sungai yang juga diperkirakan bakal meluap adalah Sungai Birin dan Sungai Simping. Sedangkan wilayah yang terancam banjir yaitu Kecamatan Cawas, Karangdowo, Wedi, dan Kecamatan Gantiwarno. Di sisi lain, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Cilacap khawatir terhadap kondisi wilayah kabupaten itu yang diperkirakan semakin rawan banjir. Penyebabnya, banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan. Sekretaris HKTI Cilacap Parsiyan mengatakan areal persawahan di perkotaan semakin banyak yang diubah menjadi bangunan. Padahal, areal pertanian juga menjadi daerah resapan. ''Kalau hal itu terus-menerus terjadi, wilayah Cilacap bakal semakin sering banjir. HKTI minta supaya Pemerintah Kabupaten Cilacap arif dalam mengeluarkan kebijakan alih fungsi lahan,'' ujarnya, kemarin. (UL/JS/LD/N-1) Post Date : 19 November 2007 |