|
KEBUMEN - Memasuki kemarau, sedikitnya sembilan kecamatan dataran tinggi di Kabupaten Kebumen mulai terancam kekeringan. Yang paling mengkhwatirkan adalah yang menimpa Kecamatan Karanggayam karena sejumlah mata air telah mengering. Kabag Kesra Pemkab H Achmad Chusaeni SSos, kemarin mengatakan, sembilan kecamatan yang rawan kekeringan itu telah melapor ke Pemkab adalah Karanggayam, Padureso, Pejagoan, Alian, Karangsambung, Rowokele, Sruweng, Karanganyar, dan Buayan. Menurut keterangan Chusaeni, data riil desa yang terancam kesulitan air bersih masih ditunggu dan belum semua masuk Pemkab. Namun berdasarkan pengalaman tahun lalu, desa-desa tersebut umumnya di pegunungan, di bawah hutan, dan tiap kemarau hampir selalu kesulitan air bersih. Dia mengemukakan, kondisi tersebut diperparah dengan ekosistem yang makin rusak dan penggundulan hutan. Akibatnya, mata air di desa-desa dataran tinggi cepat mengering begitu memasuki kemarau. Bahkan, saat ini warga sejumlah desa di Kecamatan Karanggayam mulai merasakan kesulitan air. Chusaeni menilai, Pemkab hanya menyediakan anggaran untuk pengiriman air bersih itu pada tahun ini Rp 55 juta. ''Itu pun nyaris dihapus dan akan masuk dana tak tersangka. Kami mengharap, (Pemerintah) Provinsi juga membantu seperti halnya tahun lalu.'' Pemkab Membeli Chusaeni mengungkapkan, untuk bantuan pengiriman air bersih, Pemkab tetap membeli ke PDAM. Dana Rp 55 juta itu dianggarkan untuk operasional, transportasi, dan BBM selama pengiriman air ke semua desa sehingga sangat mepet. Berdasarkan pemantauan Suara Merdeka di desa-desa dataran tinggi di Kebumen, warga memang mulai kesulitan air bersih. Seperti di Kecamatan Karanggayam, saat ini penduduk mulai mencari mata air yang agak jauh, rata-rata 1-2 kilometer dari rumah. Desa-desa yang mendapat bantuan air di pegunungan, yaitu Kalirejo, Karangmaja, Ginandong, dan Pagebangan. Menurut penuturan Ny Atmi (40), warga RT 3 RW 4, Desa Kalirejo yang ditemui kemarin, saat ini warga mulai berebut ngangsu air di Kali Kedondong. Satu-satunya mata air di sungai itu kini dimanfatkan oleh ratusan penduduk dari lima wilayah rukun tetangga. Tak heran, warga yang datang ke sungai itu harus antre siang malam. Dia mengungkapkan, kesulitan air itu saat ini memang belum seberapa. Puncak kekeringan biasanya terjadi tiga bulan setelah masuk kemarau atau pada Juli-Agustus. ''Satu dua bulan mendatang semua sumber air sudah kering. Kami mengharap, Pemkab tetap mengirim bantuan air ke desa ini,'' ujar wanita yang membuka warung di rumahnya. Kondisi desa-desa dataran tinggi di Kecamatan Karanggayam, seperti Ginandong, Pagedangan, dan Kalirejo, memang banyak lahan kritis dan tegalan tandus. Tanah sawah tadah hujan hanya bisa ditanami setahun sekali. Saat ini baru panen padi dan akan disusul palawija. Sementara itu, kondisi jalan masuk ke desa tersebut naik turun gunung. Sebagian kecil telah diapsal namun telah rusak terkena longsoran atau kelebihan beban. Bahkan, di perbatasan Desa Kalirejo - Desa Ginandong yang menanjak, kini badan jalan ambles hingga nyaris putus.(B3-39j) Post Date : 26 Mei 2005 |