|
KARAWANG, (PR).- Beberapa desa di kecamatan Rengasdengklok dan Pedes Kabupaten Karawang terendam air akibat tidak adanya saluran pembuangan. Sejak dibangun beberapa pabrik di wilayah itu, saluran air menjadi tertutup dan tidak berfungsi secara normal terutama pada musim hujan. Di Kec. Rengasdengklok misalnya, tinggi genangan air mencapai 60-70 sentimeter (cm) seperti terjadi di Dusun Krajan A RT 05 RW 02 Desa Kertasari dan Dusun Kalijaya II RT 06 RW 07 Desa Rengasdengklok Utara. Dari pemantauan "PR", Kamis (5/2), permukaan tanah yang cekung di kedua desa tersebut, menyebabkan air mudah tergenang. Meski sudah dipompa, genangan air itu menurut warga setempat biasanya baru bisa surut sebulan kemudian, seperti yang terjadi tahun lalu. Upaya penyedotan air terpaksa dihentikan untuk sementara karena hujan turun setiap hari akhir-akhir ini. Rukayah (32), warga Dusun Krajan A, mengaku tempat tinggalnya mulai terendam air sejak dibangun beberapa pabrik di wilayahnya. Pabrik itu menutup saluran pembuangan air sehingga saat hujan air tidak mengalir, melainkan tertahan di tempat tinggal mereka. Kondisi itu dibenarkan pula Kepala Desa Kertasari, Apud Mahpudin, pabrik-pabrik itu memang dibangun pada tahun 1990-an. Namun imbasnya mulai terasa sejak awal tahun 2000, sehingga dua dusun itu menjadi langganan banjir. Ia mengakui, selama tidak ada saluran pembuangan, setiap tahun wilayah itu akan menjadi langganan banjir. "Kecuali Pemkab Karawang mau merelokasi warga yang tinggal di sana dan menjadikan tempat itu sebagai tempat penampungan air," katanya, seraya mengatakan di Dusun Krajan A tercatat sebanyak 80 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam. Sedangkan, di Dusun Kalijaya II sebanyak 200 KK. Pasang tenda Warga yang rumahnya terendam air terpaksa tinggal di jalan-jalan dusun dengan memasang tenda. Terdapat tiga tenda ukuran besar dari PT Pupuk Kujang dan Bakornas PB. Sisanya, tenda-tenda kecil yang didirikan warga dari kain terpal yang ditopang bambu. Aktivitas memasak hingga tidur dilakukan warga di dalam tenda. Sementara itu, aktivitas belajar mengajar di dua sekolah dasar, yaitu SD Negeri 2 dan 3 Rengasdengklok tetap berjalan. Namun, siswa terpaksa menerobos genangan air yang ketinggiannya hingga pinggang mereka. Beberapa siswa yang bersepeda menyimpan sepatu dan tasnya di keranjang sepeda. Sepeda dituntun di jalan yang tergenang. Siswa yang tidak bersepeda, menjinjing tas dan sepatunya tinggi-tinggi agar tak terkena air. Sedangkan di Kec. Pedes, menurut Camat Pedes Ade Sudiana, proses penebaran benih pada sekitar 150 hektare persawahan terpaksa ditunda. Berbeda kondisinya di wilayah Dongkal, Puspasari, dan Sungai Buntu, meski sempat tergenang air namun saat ini sudah mulai surut. Satkorlak Penanggulangan Bencana Alam (PBA) mencatat 15.254 rumah terendam, yang dihuni 20.875 KK dan 63.433 jiwa hingga pertengahan bulan Januari 2009. Kerugian lahan sawah ditaksir mencapai sekitar Rp 23, 6 miliar. Tercatat pula, banjir merendam sebanyak 95 SD negeri, 3 SMP negeri, dan 1 SMA negeri. Selain itu juga merusak 47 kilometer jalan kabupaten dan 5 kilometer jalan provinsi, dengan dana perbaikan lebih dari Rp 24 miliar. (A-153) Post Date : 06 Februari 2009 |