|
PAMEKASAN-Sejak awal September lalu, sejumlah desa mulai rawan air. Desa-desa tersebut kekurangan air akibat musim kemarau. Berdasarkan pantauan koran ini di sejumlah desa di beberapa wilayah kecamatan menunjukkan, persediaan air dari sejumlah sumur yang biasa dijadikan sebagai sumber mata air bagi warga desa mulai menipis. Seperti di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan. Desa yang bisa ditempuh 15 menit dari Kota Pemkasan ini sejak awal bulan September lalu mulai mengalami rawan air. Beberapa sumur milik penduduk mulai menipis airnya. Kalaupun ada airnya, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Harus menunggu semalam dulu, baru airnya ada lagi. Itu pun hanya cukup untuk beberapa jeriken saja," ujar Ibu Mistari, 55, warga setempat kepada koran ini, kemarin siang. Akibat air sumurnya mulai kering, keluarga Mistari terpaksa harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan air. Itu pun masih tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Alternatifnya, keluarga ini bersama keluarga lainnya, memilih membeli air kepada pihak ketiga yang menyediakan. "Harganya memang murah, cuma Rp 200 sampai Rp 300 dalam satu jerikennya. Tapi, itu untuk minum saja. Kalau mandi ambil dari sumur. Karena kurang air, akhirnya harus mandi sehari sekali," katanya. Pemandangan yang sama bisa dilihat disejumlah desa di Kecamatan Pademawu. Di sana sejumlah desa mulai mengalami kekurangan air. Yang paling parah, terjadi di beberapa desa yang dekat ke wilayah pantai. Hal yang sama juga terjadi di beberapa wilayah di Kecamatan Proppo, Kadur, Waru, dan lainnya. Di beberapa wilayah itu, dikabarkan mulai mengalami krisis air. Sebagian besar masyarakat memilih untuk membeli air dari pihak ketiga, khususnya yang akan digunakan untuk kebutuhan air minum. (zid) Post Date : 19 September 2005 |