Segunung Sampah, Sejuta Rezeki

Sumber:Suara Pembaruan - 14 Juli 2008
Kategori:Sampah Jakarta

Hari makin larut, waktu nyaris jam 12 malam. Namun, empat pemuda di sebuah lorong sepi, di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (12/7), masih terus bekerja. Dinginnya angin malam tidak mereka rasakan. Malah, tubuh empat pemuda berkulit hitam itu makin dibasahi peluh.

Dengan sigap mereka memindahkan belasan kantong plastik hitam berisi sampah dari sebuah sepeda motor yang dimodifikasi menjadi gerobak ke dalam truk besar. Gerobak motor itu dibawa dua petugas kebersihan berseragam oranye bertuliskan ISS "Bersih Itu Indah".

Keduanya ikut membantu empat pemuda itu memindahkan kantong sampah yang sudah diikat kuat. Tidak sampai dua menit, isi gerobak motor sudah terkuras. Gerobak tersebut melaju lagi, menembus keramaian arena PRJ.

Lima menit kemudian, gerobak motor lainnya datang. Kali ini dibawa tiga petugas berseragam oranye. Mereka membawa kantong-kantong plastik yang sama, empat pemuda itu kembali hinggap ke atas truk. Dengan cepat, seluruh kantong sampah dari gerobak motor berpindah tempat. Truk besar makin sarat muatan.

Hari makin larut, tetapi kiriman sampah terus mengalir ke lorong sepi itu. Sebuah truk merah yang ukurannya lebih besar sudah menunggu giliran diisi.

"Ayo Gondrong, sudah datang lagi tuh," ujar Nano (45), yang mengkoordinir empat pemuda itu. Gondrong, begitu dia disapa memiliki rambut ikal nanpanjang. Tampaknya dia adalah salah satu "pasukan" Nano yang paling cekatan.

Tetapi Gondrong terlihat sudah lelah. Pemuda kekar itu sempat istirahat sejenak dengan duduk di atas jalan di belakang truk. Mendengar suara Nano, dia kembali meloncat. Dengan cekatan Gondrong dan tiga rekannya kembali menarik kantong plastik besar berisi sampah dari gerobak motor itu ke dalam truk. Tak terhitung, sudah berapa gerobak motor "dia sapa" hari itu.

Sekitar 50 meter di arah utara, ratusan orang pengunjung mulai bergerak pulang lewat pintu gerbang H arena PRJ. Wajah-wajah letih terlihat jelas dari paras para pengunjung itu. Namun, guratan puas juga terlihat. Mereka sudah menikmati segudang atraksi di PRJ yang diakhiri dengan pagelaran utama penampilan artis kondang Agnes Monica. Aksi Agnes usai, pengunjung pun banyak yang bubar, dan juga sejumlah gerai juga sudah tutup.

Saat pengunjung bubar, ternyata Nano, Gondrong, dan tiga pemuda masih terus bekerja. Salah seorang dari tiga pemuda itu meregangkan tangannya sambil berkata, "Capek juga mas, gak berhenti dari tadi siang."

Nano mengatakan, setiap akhir pekan, jumlah sampah yang harus dia angkut melonjak. Makanya dia sudah siapkan personel lebih. "Saya kerahkan 20 orang selama PRJ ini berlangsung, hari ini sepuluh yang bertugas, mereka bergantian pagi dan malam," kata Nano.

Setiap harinya, dia mengerahkan lima unit truk besar untuk mengangkut sampah dari PRJ. Seluruh truk itu hilir mudik dari PRJ ke tempat penampungan yang mereka sebut velbak, Jakarta Pusat, tak jauh dari arena PRJ.

Di velbak, seluruh sampah itu disortir. Sampah yang bisa digunakan lagi atau dijual, mereka simpan. Seperti sampah kardus, karton, gelas dan botol plastik air mineral.

Sedangkan sampah sisa makanan, kertas basah dan rusak, dan sebagainya, dikumpulkan dan dibawa ke TPA Bantar Gebang.

Nano sulit menyebutkan berapa banyak sampah yang dia angkut tiap harinya. Tetapi paling banyak adalah gelas dan botol plastik yang mencapai lima kwintal per hari atau 500 kg. Dia bisa menjual ke pengumpul yang menampung gelas dan botol plastik untuk didaur ulang lagi sebesar Rp 3.000/kg atau total Rp 1,5 juta. "Itu harus dibagi ke 20 orang pekerja," ujarnya.

Minimal dari penjualan gelas plastik dan botol mineral itu setiap orang pasukannya tiap harinya membawa pulang Rp 50.000. Jumlah yang lumayan. Belum ditambah dana dari penjualan karton bekas.

Nano mengisahkan, dia menjadi rekanan PRJ untuk mengumpulkan sampah sejak awal PRJ di Kemayoran tahun 1993. Dia mengajukan diri menjadi penampung sampah-sampah dari PRJ. Dia mengaku mengikuti seleksi untuk dipilih menjadi salah satu penampung sampah. Katanya, pihak PRJ tidak memberikan dana khusus untuk dia. "Tetapi kami sudah dapat sampah, jadi lumayan," katanya.

Nano adalah satu dari lima pengusaha sampah yang beroperasi di arena PRJ tahun ini. Mereka menyebar di lorong-lorong sepi di sudut PRJ. Ada yang memiliki tiga hingga lima truk. Kapasitas angkut per hari melebihi satu ton sampah. Mereka menunggu pasokan petugas kebersihan dari Yayasan ISS yang beroperasi di dalam arena PRJ.

Selain lima penampung itu, juga ada truk ukuran tujuh kubik dari Sudin Kebersihan Jakarta Pusat yang datang tiap hari mengangkut sampah. Sampah-sampah itu dipadatkan dan langsung dikirim ke TPA Bantar Gebang. Beberapa petugas kebersihan menyebutkan, sampah yang diangkut truk Sudin itu tidak disortir dulu. Tiap hari sekitar 40 m3 sampah diangkut truk-truk Sudin Jakpus. Bayangkan jumlah sampahnya jika dihitung selama sebulan.

Membludak

Pengunjung membeludak, tentu sampah juga membludak. Tiap hari, PRJ 2008 dikunjungi 65.000 hingga lebih dari 100.000 pengunjung. Bahkan, pada Sabtu (12/7) atau sehari sebelum penutupan, total pengunjung mencapai 146.820 orang. Total pengunjung sejak PRJ 2008 dibuka 12 Juni hingga 12 Juli mencapai 2,81 juta orang.

"Akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu, memang jumlahnya lebih banyak. Sampahnya pun makin banyak," ujar M Effendy (18), salah seorang petugas kebersihan.

Tetapi, meskipun pengunjung membludak dan sampah menggunung, jangan harap melihat sampah berserakan di PRJ sampai semenit pun. Soalnya pasukan oranye menyebar hampir di semua lini. "Total petugas mencapai 800 orang, kalau ada sampah sedikit saja, langsung kami sapu dan masukin ke tong," ujar effendy yang mengaku mendapat honor Rp 40.000 per hari.

Apa yang disampaikan Effendy memang benar. Untuk sampah, pengelola PRJ lumayan sigap. Apalagi ribuan tong ada di setiap sudut. Belum lagi, gerobak motor hilir mudik menyambangi tong-tong sampah yang sudah penuh. Belum lagi di luar arena PRJ, tepatnya di area parkir, petugas kebersihan berseragam oranye juga sudah bersiap. Selain itu, sudah ada belasan ibu-ibu siap memungut sampah-sampah gelas dan botol bekas air mineral. Tentunya, untuk dijual dan menjadi rezeki tambahan buat dibawa pulang.

PRJ 2008 sudah usai, transaksi menguntungkan yang tercatat mencapai triliunan rupiah terjadi di dalam arena. Ternyata, di luar arena, di lorong-lorong sempit, di parkiran, transaksi menguntungkan juga terjadi, sampah-sampah menggunung itu lumayan menguntungkan. [SP/ Yuliantino Situmorang]



Post Date : 14 Juli 2008