|
Palembang, Kompas - Sampai Selasa (25/1) kemarin, banjir yang terjadi di lima provinsi di Indonesia telah mengakibatkan 54.600 hektar lebih persawahan padi terendam air. Dampaknya di lima wilayah tersebut sedikitnya 9.387 hektar tanaman padi dinyatakan busuk atau puso sehingga tidak bisa dipanen lagi. Dari 54.600 hektar (ha) areal sawah itu, wilayah yang terluas terendam air adalah di daerah Sumatera Selatan yang mencapai 27.000 ha lebih dengan nilai kerugian sekitar Rp 4 miliar. Kerugian itu antara lain disebabkan sekitar 4.000 ha tanaman padi sudah berbuah menjadi puso. Selain di Sumsel, areal tanaman padi yang terendam air terdapat di Kalimantan Barat 9.798 ha, 1.000 ha di antaranya puso. Kemudian di Jawa Tengah 8.988 ha dengan 175 ha puso, Kalimantan Selatan 4.825 ha terendam air dan 2.776 ha puso, Jawa Barat di Kabupaten Cirebon 2.825 ha terendam air dan 726 ha puso, serta di Kabupaten Cianjur 1.165 ha terendam air dan 710 ha puso. Wakil Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumsel Leonardo Hutabarat, Selasa kemarin, di Palembang mengatakan, sekitar 4.000 ha tanaman padi dipastikan gagal tanam karena benih padi mati terendam air. Bila asumsinya satu ha modalnya Rp 1 juta, diperkirakan kerugian sementara sebesar Rp 4 miliar. Dinas Pertanian Sumsel mencatat, dari 27.000 ha sawah yang terendam air, persawahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Komering Ulu (OKU) Timur paling parah. Di OKI 10.853 ha tergenang air, sedangkan di OKU 17.933 ha. Banjir di Kalimantan Di Pontianak dan Banjarmasin kondisinya serupa. Banjir yang melanda sebagian wilayah Kalbar dua pekan pada awal Januari merendam 9.798 ha sawah dengan tanaman padi yang siap panen. Hampir 1.000 ha padi di antaranya dipastikan puso. Tanaman padi yang rata-rata berumur 90-120 hari itu terdapat pada sembilan dari 12 kabupaten/kota, yakni Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Bengkayang, Kapuas Hulu, Pontianak, Sintang, Landak, Sanggau, dan Sekadau. Di Banjarmasin, Kalsel, banjir dua pekan terakhir merupakan banjir susulan yang sebelumnya terjadi pada pertengahan Desember. Kini banjir melanda sejumlah daerah, terutama yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah, akibat meluapnya Sungai Barito. Jadwal tanam diundur Dari Jawa Barat dilaporkan, setidaknya 726 ha areal sawah yang ditanami padi di Kabupaten Cirebon puso. Sawah yang puso ini hampir 40 persen dari 2.825 ha sawah yang dilanda banjir. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Cirebon Ali Efendi, data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Cirebon menunjukkan tujuh kecamatan dilanda banjir, yakni Kecamatan Kapetakan 1.484 ha, Panguragan (385 ha), Susukan (111 ha), Cirebon Utara (173 ha), Gegesik (650 ha), Losari (25 ha), dan Mundu (7 ha). Di Cianjur, sedikitnya 710,5 ha tanaman padi puso akibat banjir dan longsor. Akibat kegagalan panen itu, petani mengalami kerugian sebesar Rp 1,421 miliar "Produksi padi di kabupaten itu diperkirakan juga menurun," ungkap Kepala Seksi Rehabilitasi Tanaman Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur E Tisna Sasmita. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, sekitar 1.165 ha tanaman padi terkena banjir dan longsor. Dari total tanaman padi yang terendam air dan tertimbun longsor itu, sedikitnya 710,5 ha padi berusia tujuh hingga 90 hari mengalami puso. Di Jawa Tengah, sedikitnya 8.988 ha sawah rusak karena banjir bulan November 2004 sampai pertengahan Januari 2005. Seluas 175 ha di antaranya puso. Sedangkan areal tanaman palawija yang rusak 299 ha pada tanaman jagung (45 ha puso), 170 ha tanaman kacang tanah (31 ha puso), dan 45 ha tanaman kedelai (11 ha puso). Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jateng yang disampaikan Kepala Subdinas Sarana Prasarana Hari Tri Hermawan, sawah yang dilanda banjir terdapat di 17 kabupaten dari 35 kabupaten/kota di Jateng. (dot/ful/amr/ryo/evy/y03) Post Date : 26 Januari 2005 |