|
Bandung, Kompas - Ratusan warga Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, kemarin beramai-ramai membersihkan lumpur sisa banjir Senin malam. Banjir bandang ini merendam sedikitnya 110 rumah di RW 10 dan RW 05. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Bencana alam ini juga menggenangi rumah warga di sepanjang Sungai Cikeruh di Kecamatan Rancaekek akibat luapan air yang tidak tertampung sehingga melimpas ke perumahan penduduk. Bahkan hampir seluruh wilayah Desa Bojongloa, Rancaekek, Kabupaten Bandung, tergenang air yang naik sampai 2 meter dalam lima jam. Hujan lebat yang mengguyur Kota Bandung dari Senin siang sampai sore mengakibatkan air di Sungai Cipamokolan naik. Meski demikian, warga tidak panik karena hal itu sudah biasa. Kepanikan baru muncul begitu tanggul sungai di Perumahan Alam Resik jebol dan air langsung meluap ke tengah permukiman. Luapan air ini terus meninggi hingga mencapai 1,5 meter. "Panjang tanggul yang jebol sekitar 6 meter dengan tinggi 1,5 meter. Airnya langsung masuk ke rumah-rumah warga," kata Ketua RT 02 Aming (54). Aliran air yang amat deras itu menghancurkan pagar rumah Aming. Rumah Aceng (55) yang berada sekitar 3 meter dari bibir sungai juga mengalami kerusakan parah. Bagian dinding samping rumah jebol sekitar 9 meter persegi. Lumpur dan air sungai dengan leluasa masuk rumah. "Untungnya waktu itu kami semua sudah keluar rumah, jadi selamat. Hanya perabot dan peralatan dapur yang menjadi korban. Sebagain besar rusak," kata Ai Kurniasih (55), istri Aceng. Deni (35), warga RT 10 RW 08, menceritakan, sekitar pukul 17.00 air sungai mulai meluap dan memenuhi jalan. Namun, berangsur-angsur air meninggi hingga setinggi pinggang orang dewasa. Sekitar pukul 18.00 air langsung naik hingga 1,5 meter. "Setelah itu, perlahan surut. Sekitar pukul tujuh malam baru benar-benar surut," ujarnya. Harus dikaji. Kepala Bagian Humas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jatihandap Wawan Rismawanto mengatakan, banjir ini menggenangi 83 rumah di RW 08 dan 27 rumah di RW 05. "Kerugian bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan juta," tuturnya. Sementara itu, Kepala Desa Jatihandap Deden Mardeni menjelaskan, dia sudah meminta bantuan Dinas Pengelola Sumber Daya Air Jawa Barat untuk mengkaji Sungai Cipamokolan terkait dengan potensi bajir. "Kami juga meminta warga agar jangan membangun rumah di bibir sungai karena itu jelas-jelas dilarang dan berbahaya. Warga juga harus menghentikan kebiasaan membuang sampah ke sungai," katanya. Kepala Seksi Sungai dan Pantai Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Dadang Suryaman menjelaskan, upaya penanganan Sungai Cikeruh bersama tiga anak Sungai Citarum lain yaitu Citarik, Cimadu, dan Cikijing baru dalam tahap perencanaan. Desain perencanaan ditargetkan selesai pada akhir tahun ini. Diperkirakan proyek penanganan keempat sungai itu mencapai lebih kurang 20 kilometer. Tinggal diperlukan koordinasi dengan warga mengenai kompensasi tanah. (MHF/ELD) Post Date : 25 April 2007 |