|
[SOLO] Sebagian warga yang rumahnya terendam banjir masih bertahan di tempat pengungsian meskipun banjir yang melanda Solo, Rabu (25/2) malam, pada Kamis pagi mulai surut. Banjir terjadi karena di Solo dan sekitarnya diguyur hujan deras mulai pukul 12.00 WIB sampai 22.00 WIB. Banjir terparah melanda wilayah Solo utara, karena meluapnya air Kali Pepe, anak Bengawan Solo yang hulunya dari daerah Boyolali. Wilayah yang dilanda banjir itu meliputi daerah Kadipiro, Banyuanyar, Sumber, Nusukan, dan Gilingan yang masuk Kecamatan Banjarsari. Untuk daerah yang masuk Kecamatan Jebres, seperti Mojosongo, Sewu, dan Joyontakan juga tidak luput terkena air bah dengan ketinggian air antara 0,5 meter - 1,5 meter. Sutomo, warga RT 09/RW7 Kampung Peraun, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari mengatakan, selama tinggal di rumahnya sejak tahun 1982 baru kali ini kebanjiran dari air Kali Pepe. "Semalam memang air yang masuk ke rumah cukup tinggi, yaitu hampir satu meter, tetapi mulai pukul 04.00 WIB sudah surut. Meskipun banjir itu tidak lama, namun mengkhawatirkan, karena airnya sangat deras," katanya. Sebagian warga yang mengungsi karena rumahnya terkena banjir, sekarang ini sudah kembali untuk membersihkan kotoran dari banjir tersebut. Namun, masih ada yang berada di tempat pengungsian, baik yang ada di tenda-tenda di atas tanggul maupun di tempat rumah saudara yang tidak terkena banjir. Untuk di Kelurahan Banyuanyar, air menggenangi delapan RW yang berada di sisi barat Jembatan Komplang hingga di kawasan RW 4 dan RW 5 di belakang Masjid Mujahidin, Banyuanyar, termasuk juga di perumahan sepanjang Jalan Tarumanegara hingga Jalan Bone.Di Kadipiro, air menggenangi RW 1, 5, 20, 21, dan RW 26. Untuk di Kadipiro, banjir mengakibatkan dua orang meninggal dunia, akibat tersengat listrik, yaitu Saidi Sudiarso (55), warga Kampung Sruni RT 5/RW5 Kadipiro dan Slamet Sudaryono (22), warga Kampung Sruni RT 2/RW 20 Kadipiro. Diprediksi Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Pudjo Buntoro mengatakan, diprediksi banjir luapan Bengawan Solo di daerah hilir di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur mencapai puncaknya pada Kamis (26/2), dan kemudian mulai surut. "Perhitungan kami, banjir luapan Bengawan Solo di Bojonegoro paling tinggi berkisar 15,50 meter," katanya. Banjir luapan Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro dan Tuban lebih banyak dipengaruhi hujan lokal. Meskipun, di daerah Kali Madiun juga banjir, tetapi pengaruhnya tidak terlalu besar, karena Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, ketinggiannya masih di bawah siaga banjir. Sementara itu, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro mulai stabil dengan elevasi 15,21 meter sejak pukul 14.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Dengan demikian, adanya banjir di Kali Madiun itu pengaruh bertambahnya debit banjir di Bojonegoro puncaknya diperkirakan tertinggi pada kisaran 15,50 meter yang akan terjadi pada Kamis (26/3) pagi, sebelum akhirnya air berangsur-angsur surut. Hujan lebat yang mengguyur wilayah eks karesidenan Madiun, Provinsi Jawa Timur, mengakibatkan Sungai Jeroan yang melintas di Kecamatan Balerejo dan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, meluap, Rabu (25/2). Luapan banjir dengan ketinggian air bervariasi antara 30-150 sentimeter (cm) itu merendam ribuan rumah penduduk dan sedikitnya 890 hektare tanaman padi siap panen di 13 desa. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun Mardi'i mengatakan, 13 desa yang terendam banjir itu 11 desa di antaranya berada di wilayah Kecamatan Balerejo dan dua desa lagi di wilayah Kecamatan Pilangkenceng. Banjir sudah terjadi sejak Selasa (24/2) petang dengan merendam delapan desa. Karena Rabu siang kembali turun hujan cukup lebat, kawasan yang terendam banjir meluas ke 13 desa. Kawasan di Kecamatan Balerejo yang terendam banjir itu meliputi Desa Balerejo, Babatan, Bulakrejo, Gading, Garon, Glonggong, Jerukgulung, Kedungjati, Sapelan, Sogo, Tampelan, dan Warurejo. Sedangkan, Desa Kedungrejo dan Kedungmaron berada di Kecamatan Pilangkenceng. [Ant/WMO/070/080/149] Post Date : 26 Februari 2009 |