JAKARTA -- Pasokan air bersih untuk pelanggan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) di sebagian wilayah Jakarta Barat masih bermasalah. Sejumlah pelanggan mengeluh aliran air belum lancar dan berwarna kuning. "Bahkan semalam warnanya merah, kental seperti air teh, serta bau got," kata Towiyah, 50 tahun, warga RT 12 RW 01, Jembatan Besi Raya, Jakarta Barat, kemarin.
Keluhan yang sama disampaikan pelanggan yang berada di Jembatan Besi I dan Jembatan Besi II. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka terpaksa membeli air dari pedagang keliling. "Satu pikulan Rp 5.000," kata Khiong, 49 Tahun, warga RT 02 RW 02 Jembatan Besi I.
Krisis air di Jembatan Besi itu terjadi sejak pintu pelimpasan air Buaran, Jakarta Timur, runtuh. Menurut Khiong, petugas dari Palyja dalam dua hari ini sudah datang dua kali untuk mengecek aliran air, tapi belum ada perubahan.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Mochammad Amron mengatakan perbaikan pintu pelimpasan air Buaran sudah rampung dengan dipasangnya turap baja. Meski bersifat sementara, turap baja itu tahan lama dan mampu mengembalikan fungsi pintu pelimpasan seperti sedia kala.
Palyja juga memastikan pasokan air baku dari Kalimalang, Jakarta Timur, sudah lancar meski belum normal. Sebelumnya, Palyja mendapat pasokan air 6.000 liter per detik, tapi saat ini hanya memperoleh 3.700 liter per detik.
Kepala Komunikasi Perusahaan Palyja, Meyritha Maryannie, mengatakan penurunan pasokan air baku bukan karena kelalaian Perusahaan Umum Jasa Tirta II, melainkan karena kotoran yang mengendap setelah beberapa hari pipa kering tak dialiri air.
Untuk merespons krisis air yang terjadi di Jakarta, Palang Merah Indonesia (PMI) kemarin turun tangan untuk menjernihkan air dan memasoknya kepada masyarakat. "Kami datangkan alat-alat dari Bandung dan Yogyakarta," kata Ketua Bidang Kesehatan Rumah Sakit dan Unit Donor Darah PMI Farid Husain.
Peralatan itu antara lain berupa pompa penyedot, water treatment, alat pengolahan air, bak penampungan, dan 11 unit mobil tangki air. Semua peralatan itu dioperasikan di Danau Sunter Utara, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. "Air di sini lebih layak dibanding sumber-sumber air lain di Jakarta," kata Farid.
Hasil pengolahan air dari Danau Sunter Utara itu kemudian didistribusikan ke korban kebakaran dan penghuni rumah susun di Tambora, Jakarta Barat. Target selanjutnya adalah tiga kecamatan di wilayah Jakarta Pusat, yakni Gambir, Kemayoran, dan Petamburan. "Jakarta Utara dan Jakarta Selatan relatif masih aman," ujar Farid. l MARTHA THERTINA | PINGIT ARIA | HERU TRIYONO | SUSENO
Post Date : 07 September 2011
|