|
KLATEN (KR) - Memasuki musim penghujan, sejumlah desa di empat wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten terancam terendam banjir. Hal ini disebabkan 60 persen tanggul sungai di wilayah ini dalam kondisi kritis, sebagai dampak penambangan pasir yang tidak terkendali. Sedangkan akibat keterbatasan dana, Pemerintah Kabupaten Klaten baru bisa menormalisasi sebagian kecil kerusakan tanggul, yang dilakukan secara bertahap dalam tiga tahun anggaran. Kepala Sub Dinas Pengairan DPU Klaten Ir Joko Wiryanko di kantornya, Rabu (15/11) mengemukakan, tiga wilayah paling rawan banjir yakni Kecamatan Cawas, Karangdowo, Gantiwarno dan sebagian Kecamatan Wedi. Hal ini disebabkan banyaknya tanggul yang rusak di wilayah tersebut, sehingga sewaktu-waktu volume air sungai besar bisa mengakibatkan tanggul jebol dan air bisa masuk ke perkampungan atau persawahan. Kerusakan tanggul di seluruh wilayah Klaten mencapai sekitar 50 Km. Dari jumlah tersebut baru sebagian kecil saja yang telah dinormalisasi. Untuk antisipasi banjir, sudah dilakukan upaya normalisasi sungai di daerah rawan banjir, perbaikan tanggul-tanggul kritis dan penyediaan bahan-bahan penanggulangan banjir seperti karung plastik. Penyediaan bahan ini dilakukan atas koordinasi dengan Proyek Bengawan Solo dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air. Pada tahun 2004 dilakukan normalisasi Sungai Simping sepanjang 5 Km. Selanjutnya tahun 2005 normalisasi di tujuh sungai, terdiri Sungai Simping sebagai lanjutan proyek tahun sebelumnya, normalisasi Sungai Lusah, Kongklangan, Birin, Mlesem, Kliwon dan Sungai Sawit. Pada tahun 2006 ini juga dilakukan normaliasi di Sungai Banyuurip, Sungai Cangak, Sungai Suko, Mlese, Buntung, dan Sungai Wonggo. Dana yang telah dialokasikan yakni pada tahun 2004 sebesar Rp 1,5 miliar, 2005 sebesar Rp 3,4 miliar dan tahun 2006 sebesar Rp 4,5 miliar. Dana sebesar Rp 9,4 miliar tersebut baru bisa membiayai sekitar 30 persen dari kerusakan yang ada. Diharapkan 60 persen sisa kerusakan yang belum dinormalisasi akan bisa dikerjakan pada dua tahun anggaran ke depan. Selain itu juga telah dilakukan penguatan tanggul di 17 titik-titik rawan di 68 sungai yang ada di Klaten. Upaya menguatan tanggul ini dilakukan hanya pada titik-titik kerusakan dengan kondisi dan panjang bervariasi. Tingkat kerusakan bervariasi, panjang ada yang 50 meter ada yang 70 meter. Kalau normalisasi, kami lakukan total dengan melebarkan sungai dan meninggikan tanggul,jelas Joko Wiryanko. Dikatakan, sungai-sungai di Klaten banyak endapan sehingga terjadi pendangkalan. Untuk itu dasar sungai perlu dikeruk dan tanahnya dimanfaatkan untuk tanggul. Lebih lanjut Joko Wiryanko mengatakan, sekarang sudah relatif aman dari banjir. Dengan catatan warga tidak lagi mengambil pasir di kaki tanggul apalagi di tanggul. Apabila kegiatan penambangan di dua titik rawan ini tetap dilakukan, maka tidak bisa dijamin akan bebas banjir. Selain perbaikan dari pemerintah daerah, sejumlah warga yang tinggal di sekitar aliran sungai secara gotong royong dan swadaya melakukan perbaikan tanggul sungai untuk menghindari bahaya banjir tersebut.(Sit/Arf)-m Post Date : 17 November 2006 |