|
TASIKMALAYA, (PR).- Sebagain besar drainase atau saluran pembuangan air yang berada di seputar pusat Kota Tasikmalaya, umumnya kurang berfungsi baik. Sehingga bila hujan turun, dalam waktu singkat, genangan air pun menghiasi sejumlah ruas jalan di berbagai sudut kota. Kenyataan itu sering menghambat arus lalu lintas, sehingga mengakibatkan kemacetan dan antrean panjang kendaraan. Berdasarkan data yang tercatat pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tasikmalaya, sedikitnya terdapat sekira 25 titik ruas jalan yang menjadi langganan genangan air setiap kali hujan turun. Genangan air sesaat itu muncul setiap kali musim hujan. Penyebabnya drainase yang ada sudah tidak memadai lagi. Lokasi titik rawan genangan air itu tersebar di beberapa tempat, seperti empat titik berada di sekitar Jln. Juanda. Kemudian 21 titik lagi tersebar di daerah lainnya, di antaranya H.Z. Mustofa, Dadaha, Ardiwinangun, Mayor S.L. Tobong, Simpang Siliwangi - Peta, Perintis Kemerdekaan. Sedangkan dari sekira 25 titik ruas jalan yang sering mengalami genangan air, terdapat empat lokasi yang paling parah. Keempat lokasi itu masing-masing di sekitar Padayungan, Nyantong/Cimulu, Tuguraja dan Pancasila. Di empat lokasi tersebut penyebab genangan air, seperti saluran drainase bercampur dengan saluran irigasi. Kemudian dimensi saluran relatif kecil, tidak memadai lagi, adanya bangunan penyadap untuk irigasi dan daerahnya landai. Sementara berdasarkan data yang ada di Dinas PU, di Kota Tasik saat ini terdapat sekira 44 titik yang merupakan daerah rawan genangan air, setiap musim hujan datang. Beberapa daerah yang rawan genangan air itu, di antaranya Jln. RSUD, Jln. Benda, Jln. Pasar Wetan dan Jl. Kebon Tiwu. Setiap kali hujan turun, hampir dipastikan daerah-daerah tersebut selalu terlihat genangan air cukup tinggi, hingga selutut. Akibatnya, arus lalu lintas menjadi terganggu. Selain genangan air, tiga sungai yang mengitari Kota Tasik, seperti Sungai Cihideung, Sungai Ciloseh dan Sungai Cimulu pun tidak mampu menampung arus air yang ada. Malah setiap hujan deras turun, tidak jarang air sungai di ketiga sungai itu pun meluap. Resapan air berkurang Menurut Kasi Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Prasarana, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Kota Tasik, Agus Hendarto, penyebab utama tidak berfungsinya drainase yang ada di seputar kota Tasik, selain akibat tersumbat sampah, juga semakin berkurangnya lahan resapan air. Salah satu solusi yang bisa membebaskan Kota Tasik dari kepungan genangan air, adalah membuat saluran drainase baru. Akan tetapi proses pembuatannya harus dibarengi dengan pendataan. Sehingga lebih memudahkan proses pembongkarannya dan bisa efektif. "Memang setiap perkembangan sebuah perkotaan akan selalu berhadapan dengan masalah seperti ini. Ini problem perkotaan yang harus segera ditangani," ungkapnya. Dikatakan Agus, pihaknya tidak mampu membendung proses pembangunan yang berlangsung di Kota tasik. Padahal banyaknya pembangunan permukiman itu harus diimbangi pula dengan upaya pengerukan lumpur yang terdapat pada drainase. Hanya, disayangkan pihaknya belum memiliki data lengkap tentang jumlah saluran tertutup yang ada di Kota Tasik. "Bagaimana kami akan melakukan pengerukan, jika datanya tidak ada. Makanya, jika dana untuk pemeliharaan drainase turun, kami akan sekalian melakukan pendataan, karena kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan terus," katanya. Sementara sumber di Bappeda Kota Tasik menyebutkan, saat ini pihaknya tengah membuat perencanaan penataan Kota Tasik. Meski kelahiran Kota Tasik baru seumur jagung namun terlihat problem perkotaan mulai bermunculan. Di antaranya persoalan sampah, drainase, pengangguran, PKL dan lalu lintas. Permasalahan itu tidak bisa dihindari, kini sudah menjadi permasalahan kota dan tengah mendapat perhatian khusus. Untuk mencari solusinya, kini Bappeda tengah menyusun upaya pengendalian, melibatkan instansi terkait. Namun demikian diharapkan masyarakat bisa terlibat. Sehingga bisa mengetahui dan memahami persis persoalan yang sebenarnya. (A-116) Post Date : 11 Februari 2005 |