Kupang, Kompas - Luapan air Sungai Benanain, yang berketinggian 1,5 meter, sejak Sabtu hingga Minggu (31/7-1/8) telah mengancam warga tiga kecamatan, Weliman, Weoe, dan Malaka Barat, di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Jebolnya tanggul penahan banjir telah merendam 8.000 hektar sawah dan 12.000 hektar ladang penduduk.
Hujan deras disertai angin kencang di Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan sebagian Kabupaten Belu ternyata turut memicu luapan air Sungai Benanain yang melewati Kecamatan Weliman, Weoe, dan Malaka Barat.
Tokoh masyarakat Malaka Barat, Didi Dore Seran, yang dihubungi di Besikama, ibu kota Kecamatan Malaka Barat, Minggu (1/8), mengatakan, akibat banjir, tanggul yang dibangun pada tahun 2004 sepanjang 18 km, saat ini tinggal 12 km. Sementara panjang garis batas Sungai Benanain yang melintasi tiga kecamatan itu 30 km. ”Tetapi, dari 18 km tanggul itu pun sebagian sudah jebol, yakni di Kecamatan Weliman dan Weoe. Rumah warga yang sebagian dibangun dalam bentuk panggung masih bisa bertahan. Tetapi, warga tidak bisa keluar rumah karena seperti berada di dalam air laut,” kata Seran.
Sementara rumah warga yang dibangun langsung di atas permukaan tanah—belum ada rincian berapa rumah yang hanyut dari total 315 rumah yang kebanjiran—sama sekali tidak bisa diselamatkan. Padahal, rumah itu sebagian besar baru saja diperbaiki atau dibersihkan dari sisa-sisa lumpur, menyusul banjir serupa awal Juli 2010.
Saat ini, warga kebanyakan bergabung di rumah panggung setinggi 2 meter. Namun, genangan air terus meningkat sehingga sebagian dari mereka sudah keluar dari kawasan itu dan membuat pemondokan sendiri di lokasi yang lebih aman.
Kondisi lebih parah terjadi di kawasan sepanjang 12 km yang tanpa tanggul penahan. Luapan air Sungai Benanain langsung menerobos masuk ke permukiman dan lahan warga. Warga mengalami kesulitan air bersih karena sumur-sumur warga terendam lumpur.
Salah satu pegawai Kecamatan Malaka Barat mengatakan, sepanjang Sabtu-Minggu, kantornya tutup karena kerepotan banjir. Ketua DPRD Belu Simon Guido Seran mengaku belum mendapat laporan besarnya kerugian. Sebaiknya dibangun tanggul permanen sepanjang aliran air Sungai Benanain.
Danau Tempe
Menyangkut banjir akibat luapan Danau Tempe di Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Selatan Soeprapto Budisantoso, kemarin, mengatakan, langkah strategis yang seharussnya dilakukan adalah secepatnya mengeruk danau tersebut.
Pemprov Sulsel telah merencanakan membangun bendung gerak di mulut Danau Tempe sebelum air masuk ke Sungai Cenranae. Pemprov kini tengah menanti keputusan Kementerian Keuangan memberikan dana bagi proyek danau yang dijadwalkan rampung pada 2012 itu.
Pemprov juga telah meminta bantuan sedikitnya tiga kapal keruk untuk menormalkan 13 danau di Sulsel yang rusak akibat pendangkalan. (KOR/RIZ)
Post Date : 02 Agustus 2010
|