|
REJOSO - Kabupaten Pasuruan punya sumber air bersih Umbulan yang potensinya membuat para investor ngiler. Tapi ironis, warga dusun Padean, Desa Jarangan Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan justru tak pernah merasakan air bersih. Sekitar 150 keluarga yang ada di dusun itu hanya menggunakan air sungai Rejoso untuk mandi, memasak maupun minumnya. Menurut ketua BPD Jarangan, Mulyodadi, kebiasaan semacam itu sudah biasa mereka lakukan secara turun temurun. Ini diakibatkan sumber maupun pasokan air bersih di daerah itu tidak dapat ditemui. Dan apabila penduduk itu menginginkan air bersih, mereka harus membelinya. "Warga merasakan hal ini semenjak dusun ini ada, sehingga mereka menganggap sudah biasa. Namun, bukannya mereka tidak mau merasakan air bersih. Mereka sangat mengharapkannya," tegasnya kepada wartawan. Setiap harinya warga dusun tersebut mengonsumsi air dari sungai Rejoso itu. Padahal kondisi air yang ada di sungai tersebut, sangat tidak layak untuk dikonsumsi. Namun hal itu terpaksa dilakukan oleh warga. "Sebenarnya kami pernah mencoba menggali sumur. Tapi, sumur yang kami gali sampai kedalaman 240 meter airnya asin. Jadi, kami terpaksa mengkonsumsi air sungai itu," ungkap Abdul Bari salah seorang warga dusun Padean. Keadaan semacam itu sebenarnya telah dilaporkan ke pemkab. Namun, sampai saat ini pemerintah belum menindaklanjuti dari laporan warga dusun tersebut. "Kami sudah sering mengadukan nasib warga kami. Bahkan sudah lebih dari empat tahun kami mengadukannya. Tapi, sampai detik ini kami belum menerima tanggapan dari pemda," tambah Mulyodadi. Saat wartawan koran ini berada di dusun itu, beberapa warga tampak sedang mengambil air dari sungai Rejoso dengan membawa timba. Air itulah yang selanjutnya dikonsumsi. Namun, tidak semua warga melakukan hal demikian. Pasalnya, sekitar tahun 2000-an di dusun itu telah dibangun tandon yang digunakan untuk menyalurkan air sungai ke rumah-rumah warga. Sehingga dapat mempermudah warga untuk mendapatkan air dari sungai Rejoso itu. "Tandon yang dibangun warga dengan salah satu perusahaan yang ada di sekitar desa kami hanyalah untuk mempermudah untuk mendapatkan air. Tapi, kualitas airnya sangat jelek," ungkap ketua BPD sambil menghisap rokok kreteknya dalam-dalam. Itu sebabnya, tandon itu jadi tak banyak membantu. Sementara itu, kondisi air di sungai Rejoso saat ini sudah banyak tercemar limbah pabrik maupun rumah tangga. Sehingga beberapa warga yang berkecukupan, memilih untuk tidak menggunakan air sungai itu. Mereka memilih untuk membeli air bersih dengan harga Rp 1500 per jerigen. Bagi yang kurang mampu, air dari sungai Rejoso adalah solusinya. Ida, salah seorang ibu rumah tangga di dusun tersebut, membenarkan hal itu. "Buat makan saja sudah susah. Masak kami harus membeli air dengan harag Rp 1.500 per jerigen. Lebih baik kami menggunakan air sungai. Tapi kami sangat mengharapkan kepada pemerintah agar memperhatikan keadaan di desa kami," akunya sambil menyusui anaknya. Kondisi ini semakin buruk jika musim hujan tiba. Air sungai Rejoso semakin keruh. Maka, walau khawatir, warga tetap saja mengonsumsi air sungai tersebut. "Kalau sudah musim penghujan, kondisi air sangat keruh. Tapi, kami tetap menggunakannya. Mau bagaimana lagi," tandas Ida. (df) Post Date : 03 April 2005 |