Sarolangun dan Batanghari Jadi Korban Banjir

Sumber:Kompas - 24 Maret 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Banjir yang menimpa ribuan warga di wilayah hulu di Kabupaten Kerinci, dua pekan lalu, sempat diprediksi sejumlah orang bakal terus berlanjut ke arah hilir. Prediksi itu benar. Banjir akhirnya juga menimpa masyarakat Kabupaten Sarolangun dan Batanghari.

Permukiman warga di sejumlah daerah aliran Sungai Batanghari di Kabupaten Sarolangun dan Batanghari kini menjadi korban berikutnya. Pemerintah Kabupaten Sarolangun mendata sebanyak 2.500 keluarga setempat menjadi korban. Banjir yang menimpa lima kecamatan di Kabupaten Sarolangun ini telah berlangsung selama empat hari. Ketinggian air yang mencapai 1 meter hingga 1,5 meter telah berangsur surut, terutama di wilayah yang berada di hulu.

Adapun lima kecamatan yang dilanda banjir adalah Cermin, Limun, Sarolangun, Pauh, dan Mandiangin. Air juga telah merendam 21 sekolah dasar dan taman kanak-kanak.

Di Batanghari, meski jumlah korban belum diketahui, banjir dipastikan terjadi di tujuh desa di Kecamatan Bathin XXIV yang dilewati Sungai Batangtembesi.

Menurut Syukur, warga Desa Koto Buayo, Bathin XXIV, dia tidak menyangka air sungai bakal meluap. ”Dalam semalam, air naik sangat cepat, sekitar 1 meter,” ujar Syukur, Selasa (23/3).

Tak diketahui

Ketika air sungai meluap dan menggenangi permukiman di sekitarnya, banyak warga tidak mengetahui. Mereka baru menyadari ketika air telah masuk ke rumah menjelang dini hari. Mereka pun langsung menyelamatkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi. Sejumlah barang dipindahkan ke Jembatan Koto Buayo yang terletak lebih tinggi dari permukiman.

Kemarin siang, air yang masuk ke rumah Baki, warga lainnya, sudah mencapai 1 meter. Baki membawa istri dan anaknya mengungsi ke rumah kakaknya yang berada di perkebunan sawit berjarak 5 kilometer dari rumahnya. Mereka kemudian membangun tenda darurat di depan rumah itu.

”Harus bangun tenda karena rumah kakak kami ini sangat kecil dan sudah dihuni banyak orang,” ujar Baki.

Menurut Baki, banjir kali ini paling parah daripada sebelum-sebelumnya. Selama triwulan pertama tahun ini, banjir sudah tiga kali terjadi. Akan tetapi, banjirnya tidak separah sekarang dan tidak sampai membuat keluarganya mengungsi. ”Kalau sekarang ini kami harus mengungsi karena rumah sudah benar-benar penuh air,” ucapnya.

Dalam pantauan, warga yang beraktivitas di luar rumah harus menggunakan perahu karena jalan-jalan di permukiman terbenam oleh air. Tidak hanya rumah, tempat ibadah, sekolah, dan puskesmas juga menjadi korban banjir. Di SD 84, misalnya, semua siswa diliburkan sementara karena air masuk ke kelas-kelas setinggi sekitar 60 sentimeter.

Mengingat parahnya kondisi banjir di Sarolangun dan Batanghari, banyak yang menduga bahwa banjir besar juga bakal dialami Kota Jambi yang terletak di kawasan hilir Sungai Batanghari. Pasalnya, Sungai Batangtembesi yang sedang meluap itu terhubung langsung ke Sungai Batanghari. Apabila dugaan itu betul terjadi, banjir diperkirakan bakal terjadi dalam tiga hari ke depan.

Rumah panggung

Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin saat mengunjungi para korban banjir di Sarolangun, kemarin, mengingatkan warga di sekitar daerah aliran sungai untuk membangun rumah-rumah berpanggung. Pasalnya, menurut Zulkifli, banyak permukiman yang berada di dataran rendah sehingga mereka harus menyesuaikan dengan kondisi alam.

”Sewaktu curah hujan tinggi, air akan menggenang dan mengakibatkan daerah tersebut banjir. Kalau banjir berlangsung berhari-hari di wilayah hulu akan terbawa hingga hilir. Karena itu, dengan membangun rumah panggung, masyarakat dapat terhindar dari banjir,” kata Gubernur.

Gubernur juga mengingatkan masyarakat korban banjir untuk saling menjaga anggota keluarga mereka agar terhindar dari musibah terbawa arus sungai. Ini mengingat arus sungai sangat deras. ”Jangan sampai ada yang terbawa arus,” ujarnya. (ITA)



Post Date : 24 Maret 2010