|
BANJIR tahun ini secara kuantitas memang tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, tetap menimbulkan kerusakan yang tidak sedikit. Selain merendam ribuan rumah, banjir juga menelan korban jiwa. Di beberapa tempat, kerusakan yang ditimbulkan banjir, sangat parah. Sebab hujan deras yang sepekan lebih mengguyur Kota Santri itu sering dibarengi angin lisus. Seperti yang terjadi di Siwalan dan Wiradesa pertengahan bulan lalu. Hujan deras dan lisus merendam dan merusak ratusan rumah. Tidak sedikit rumah, perkantoran, dan sekolah yang hancur karena tertimpa pohon. Di Dusun Babadan, Pait, Kecamatan Siwalan, angin kencang bahkan merobohkan tiga tiang lisrik dan melemparkan trafo ke sungai. Petugas PLN harus bersusah payah mencari trafo yang hanyut di sungai itu. Sepekan kemudian banjir merendam ribuan rumah dan ratusan hektare sawah di Kecamatan Tirto. Rizqon bin Asmawi (9), warga Desa Pucung bahkan tewas terseret arus air. Dalam penanganan bencana, tidak hanya dilakukan perbaikan kerusakan fisik. Ada permasalahan lain yang tidak kalah penting seperti sanitasi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan Sutanto Setiabudi mengatakan, di daerah yang baru dilanda bencana seperti banjir, rawan berbagai jenis penyakit karena kondisi sanitasi buruk. Karena itu, Dinas Kesehatan telah menginstruksikan agar sanitasi di daerah pascabanjir diawasi ketat. "Kami akan terus melakukan program pengobatan gratis di daerah banjir," ujar dia. Di setiap puskesmas, telah terbentuk tim gerak cepat yang akan langsung terjun ke daerah bencana untuk menggelar pengobatan gratis. "Begitu curah hujan berkurang, kami akan mengedrop kaporit ke daerah banjir untuk menghindari diare dan penyakit lain," paparnya. Direktur Central Studies of Public Policy and Regional Development Program (Censpro) Zafaron menandaskan, dalam mengatasi bencana alam, tidak berhenti pada pemberian beras atau mi. Komprehensif Persoalan yang muncul akibat bencana alam sangat kompleks, di antaranya bagaimana memperbaiki sarana dan prasarana rusak, mengawasi sanitasi demi mencegah penyakit, dan membuat program pencegahan agar bencana tidak terjadi kembali. Program pencegahan seperti memperbaiki sistem pengelolaan saluran air, memperketat pengawasan lingkungan, relokasi, menjaga kebersihan, dan yang lain justru merupakan akar permasalahan. "Hal yang penting adalah bagaimana Pemkab bisa merumuskan kebijakan penanganan pascabencana secara komprehensif dan transparan," tegasnya. Dalam APBD, ada pos anggaran yang disediakan untuk penanganan bencana alam, di antaranya dana tak tersangka. Anggaran itu harus digunakan secara transparan melalui program yang benar-benar bisa menyelesaikan akar permasalahan. "Jadi, Pemkab harus membandingkan kajian teknis yang telah dibuat dengan aspirasi masyarakat. Jika terlaksana, program yang dijalankan nanti benar-benar bisa menyelesaikan permasalahan," tutur dia. Dia mencontohkan kerusakan jalan yang banyak dikeluhkan masyarakat akhir-akhir ini. Selain bencana, ada beberapa jalan yang rusak karena drainase tidak berfungsi secara optimal. Akibatnya, jalan sering terendam air. (Muhammad Burhan-52m) Post Date : 17 Februari 2006 |