|
BEBERAPA tahun lalu, saat Maya Rosida belum menjadi Wakil Bupati Wonosobo, ia selalu gelisah ketika berkeliling kota. Di permukiman warga kerap ada aroma tidak sedap merebak. “Saya tadinya berpikir Wonosobo itu kota yang sejuk dan harum, karena banyak sekali bunga tumbuh di sini. Tapi justru bukan harum bunga yang ada. Harum lainnya,“ kata wanita yang baru setahun ini menduduki jabatannya kepada Media Indonesia minggu lalu. Setelah diselidiki, ternyata sebagian penduduk di Kota Wonosobo tidak memiliki septic tank. Semua buangan atau limbah biologis langsung dibuang ke saluran air. “Ya selama ini masyarakat Wonosobo dimanjakan dengan air yang berlimpah, tapi kalau tidak dicegah sejak awal, bisa-bisa nanti seluruh sumber mata air di Wonosobo tercemar kotoran,“ terangnya. Kerusakan lingkungan di wilayah berpenduduk lebih dari 810 ribu jiwa itu memang bisa berdampak pada 17 kabupaten yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, perbaikan sanitasi warga menjadi perhatian utama Maya. Dinas Pekerjaan Umum pun menyambut cita-cita orang kedua di Wonosobo itu. Namun, lantaran setiap RT sudah padat penduduk, tidak ada lagi tanah tersisa untuk pembuatan septic tank. Akhirnya Dinas PU menggunakan seperempat jalan umum untuk dijadikan pusat pembuangan limbah. Lembaga pemberdayaan masyarakat(LPM) Ngudi Rahayu yang sudah ada di wilayah tersebut dan menjadi penggerak dan pengolah dana dari PNPM Mandiri pun dilibatkan. Kelurahan Wonosobo Barat, Wonosobo Timur, Mipak, Jaraksari, dan Kejiwan menjadi sasaran awal pelaksanaan septic tank massal ini. Dalam setiap kelurahan ada 5 RW yang ditangani, dengan jumlah warga di tiap RT rata-rata 142 jiwa. Setiap RW tersebut biasanya dibuatkan sumber pengumpul limbah di empat lokasi. Untuk pembangunan septic tank itu, setiap RW mendapat anggaran Rp250 juta dan biaya pemeliharaan dan pengembangan Rp27 juta. Ketua LPM Ngudi Rahayu Guntur menjelaskan, kini sudah 958 kepala keluarga yang ikut melakukan sanitasi lingkungan berbasis masyarakat itu. Pemandangan jorok dan bau tidak sedap di kelurahankelurahan sasaran itu telah mulai berkurang. Ke depan, dengan proses pengolahan lebih lanjut, limbah domestik tersebut dapat dijadikan kompos. (Nda/M-5) Post Date : 31 Januari 2012 |