|
Ciamis, Kompas - Pada musim hujan seperti saat ini sejumlah penyakit, misalnya demam berdarah dan diare, berisiko muncul. Kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik dapat semakin memperbesar risiko timbulnya penyakit tersebut. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap kemunculan penyakit tersebut ialah perilaku masyarakat. Adapun pelayanan kesehatan sebenarnya tidak begitu memegang peranan signifikan dalam menekan risiko timbulnya penyakit. Pasalnya, pelayanan kesehatan hanya bergerak pada sektor hilir dalam kesehatan secara keseluruhan. Sementara sektor hulu, yakni kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat, justru merupakan faktor yang paling menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tri Jualiastuti, Selasa (2/1), mengatakan, "Yang paling berpengaruh terhadap kesehatan ialah aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, baru kemudian genetika." Apabila kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat sama-sama jelek, penyakit sangat berisiko muncul. Jika kondisi lingkungan sehat, tetapi perilaku masyarakat masih jelek, tetap akan timbul pengaruh buruk. Sementara itu, jika kondisi lingkungan jelek, tetapi perilaku masyarakat sehat, kemungkinan munculnya penyakit akan dapat ditekan. Pentingnya perilaku sehat tersebut juga dibenarkan Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Hasni Mukti. "Yang terlibat dalam merekayasa perilaku masyarakat agar sehat tidak hanya orang kesehatan saja, tetapi juga orang pendidikan, budaya, bahkan agama." Pada musim hujan ini pun perilaku masyarakat memengaruhi risiko kemunculan suatu penyakit. Air yang tergenang pada wadah-wadah di sekitar rumah saat kemarau dan tidak sempat dibersihkan dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegepty penyebab demam berdarah. Di Ciamis, kolam-kolam ikan yang banyak dimiliki masyarakat biasa dipakai untuk mencuci, bahkan berfungsi sebagai jamban keluarga. Perilaku ini rentan terhadap penyakit diare. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Ciamis tahun 2005, dari 400.676 keluarga yang diperiksa, hanya 46,5 persen yang memiliki jamban keluarga. Sementara dari 396.624 keluarga yang diperiksa, masih ada sekitar 40 persen yang belum memiliki sarana air bersih. Keluarga yang masih minim sarana air bersih tersebut banyak terdapat di wilayah Puskesmas Langkaplancar, Rancah, dan Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari. Dalam hal ini, Hasni justru khawatir dengan pencemaran air yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit. "Dekatnya jarak sumur dengan jamban, kemudian buruknya drainase kota, justru bisa memicu penyakit. Perilaku masyarakat sangat berpengaruh," katanya. (adh) Post Date : 03 Januari 2007 |