Sanitasi Kota Semarang Buruk

Sumber:Koran Sindo - 25 Juni 2010
Kategori:Sanitasi

SEMARANG(SI) – Terjangan rob dan banjir melekat dengan Kota Semarang.Tidak mengherankan apabila sanitasi di kota penghasil lumpia ini tergolong buruk dibandingkan daerah lain di Jawa Tengah.

Bahkan saat ini Kota Semarang menduduki kota terburuk nomor 2 dalam hal sanitasi di Jawa Tengah. Dalam Buku Putih Sanitasi Kota Semarang dijelaskan bahwa dari 177 kelurahan di Kota Semarang, tercatat 36% atau sekitar 60 kelurahan memiliki sanitasi yang buruk. Sebagian besar kelurahan yang sanitasinya buruk berada di daerah yang selama ini tergenang robdanbanjirserta daerah penggiran. Misalnya saja di daerah Kecamatan Semarang Utara,Semarang Timur, danTugu. Kepala Bappeda Kota Semarang Hadi Purwono mengatakan, banjir dan rob selama ini menjadikan sanitasi di Kota Semarang buruk. ”Apalagi sistem drainasenya juga memang kurang baik,”katanya kemarin.

Selain sistem drainase, beberapa hal yang memengaruhi sanitasi di antaranya menyangkut ketersediaan air bersih,pengelolaan sampah, dan air limbah. Berbagai hal daya dukung sanitasi ini semakin diperburuk dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan kelurahan budaya bersih. ”Partisipasi masyarakat masih rendah, misalnya saja dalam membuang sampah yang masih banyak dilakukan di sungai-sungai, sehingga mengganggu sistem drainase. Ini perlu segera ditangani,”urainya. Dalam hal penyediana air bersih, diakui saat ini PDAM memang belum bisa mencukupi semua kebutuhan masyarakat di Kota Semarang. Sehingga banyak warga yang menggunakan air bawah tanah (ABT).

Menurutnya,cakupan pelayanan PDAM pada tahun lalu baru mencapai 58,69% dari seluruh masyarakat di Kota Semarang. Dengan begitu masih banyak masyarakat yang belum terlayani oleh PDAM. Untuk memperbaiki sanitasi, pemkot melalui tim teknis akan membuat program dari kelembagaan hingga penanganan sanitasi yang melibatkan seluruh masyarakat. Wujud dari program penanganan sanitasi ini dilakukan dengan memberikan fasilitas dan sarana pendukung. Fasilitas dan sarana pendukung saat ini memang disediakan pemkot. Namun yang mengerjakan atau mengoperasikan masyarakat. ”Ini kita berikan sampai semua kelurahan memiliki sanitasi yang baik,” terangnya.

Ketua Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kota Semarang Nurkholis mengatakan, dalam pengelolaan limbah di Kota Semarang juga terbilang tidak baik.Karena sebagian juga langsung disalurkan ke saluran- saluran drainase lingkungan. Untukmenurutnya,pengelolaan air limbah dan drainase di Kota Semarang sudah seharusnya mendapatkan penanganan yang serius dan dilakukan secara berkelanjutan. Tim Teknis Buku Putih Sanitasi Bappenas Bonar Panjaitan mengatakan, penanganan sanitasi belum menjadi salah satu target utama pemerintah.Hal ini bisa dilihat dari minimnya anggarannya yang tidak lebih dari satu digit.

”Hanya nol sekian saja dari APBD,”katanya. Padahal lanjutnya, persoalan sanitasi dibutuhkan penanganan yang serius.Apalagi saat ini penanganan sanitasi masih bersifat tumpang tindih antara departemen, misalnya soal sampah yang ditangani oleh Departemen Kesehatan dengan Departemen Pekerjaan Umum. ”Inilah yang kemudian membuat penyelesaiannya secara cepat,”tukasnya. Pihaknya berharap adanya Buku Putih Sanitasi di Kota Semarang ini diharapkan ada grand design penanganan sanitasi. (alkomari)



Post Date : 25 Juni 2010