Sanitasi Buruk Rugikan Rp58 Triliun per Tahun

Sumber:Kompas - 21 Oktober 2009
Kategori:Sanitasi

JAMBI, KOMPAS.com - Pembangunan sanitasi lingkungan masih sangat rendah. Kerugian ekonomi yang timbul atas dampak buruknya penanganan sanitasi mencapai Rp 58 triliun per tahun.

Demikian dikemukakan Handy B.Legowo, Kepala Subdit Pengembangan Air Limbah Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Departmen Pekerjaan Umum, dalam jumpa pers menjelang Lokakarya Sanitasi Perkotaan (City Summit) VI di Jambi, Rabu (21/10).

"Kerugiannya sangat besar akibat pembangunan sanitasi lingkungan yang buruk," ujar Handy.

Menurut Handy hingga lima tahun terakhir, anggaran untuk sektor sanitasi masih di bawah satu persen dari APBD maupun APBN. Idealnya negara berinvestasi Rp47.000 /kapita/tahun untuk pembangunan sanitasi lingkungan. Kenyataan selama 30 tahun, investasi hanya Rp 200/kapita/tahun. Ini menunjukkan sanitasi belum dianggap prioritas, ujarnya.

Dilanjutkan, persoalan yang muncul saat ini adalah masih rendahnya akses penduduk terhadap prasarana sanitasi yang aman. Ketersediaan tangki septik di perkotaan baru 71 persen, sedangkan pedesaan 32 persen. Hampir 30 persen penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan.

Hampir seluruh tempat pembuangan akhir sampah di perkotaan juga masih menerapkan open dumping. Sampah dibuang begitu saja di TPA sehingga cenderung mencemari lingkungan.

Persoalan tersebut menimbulkan dampak degradasi lingkungan dan kerugian ekonomi yang sangat besar. menurut handy, pencemaran telah terjadi pada 53 persen sungai di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi. Bahkan 76 persen di antaranya tercemar berat oleh bahan organik, dan lainnya tercemar berat oleh amonium. Genangan air dan limbah makin sering bermunculan di kawasan permukiman dan wilayah strategis perkotaan, diperburuk oleh perubahan pola hujan.

Untuk itu, pemerintah perlu melaksanakan terobosan untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan sanitasi. Program percepatan sanitasi perkotaan (PPSP) akan dilaksanakan pada 2010-2014 pada 330 kota dan kabupaten. Melalui program itu, layanan sanitasi akan ditingkakan melalui tim-tim terpadu. Investasi dalam pembangunan sanitasi dilipatgandakan.

Pihaknya menargetkan perbaikan pengelolaan persampahan melalui implementasi reduce, reuse  dan recycle, serta tempat pembuangan akhir sampah yang berwawasan lingkungan. Target lainnya, pengurangan genangan di 100 kawasan perkotaan.

Anggota Tim Kelompok Kerja Sanitasi Kota Jambi Liana Andriani mengatakan, Kota Jambi menjadi satu dari enam kota proyek percontohan percepatan pembangunan sanitasi. Saat ini, pembangunan dilaksanakan terfokus pada tujuh kelurahan, salah satunya melalui pembangunan instalasi pengolahan limbah rumah tangga komunal.

City Summit merupakan program pertemuan empat bulanan kota-kota penggiat pembangunan sanitasi perkotaan. Pertemuan keenam ini, akan dibuka Kamis (22/10), dan diikuti 250 peserta dari 35 kota di Indonesia.

Pertemuan kali ini mengagendakan terbentuknya wadag berupa aliansi kota peduli sanitasi. Wali Kota Jambi, Payakumbuh, Banjarmasin, Surakarta, Blitar dan Denpasar sebagai inisiator rencananya akan menandatangani Naskah Deklarasi Jambi. Irma Tambunan



Post Date : 21 Oktober 2009