Sanitasi Buruk Rugikan Rp 58 Triliun

Sumber:Suara Merdeka - 22 Juli 2010
Kategori:Sanitasi

TEGAL - Kerugian yang ditimbulkan akibat buruknya sanitasi di Indonesia mencapai Rp 58 triliun. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 2007 di seluruh provinsi.

Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas Budi Hidayat menyebutkan, penanganan sampah dan limbah yang buruk menimbulkan berbagai penyakit seperti diare dan malaria. Oleh Bank Dunia, orang yang menderita penyakit tersebut didata, termasuk biaya yang dikeluarkan untk pengobatan. ”Setelah dihitung jumlahnya mencapai Rp 58 triliun,” jelasnya saat diskusi dengan sejumlah wartawan pada City Sanitation Summit VIII di Kota Tegal, Rabu (21/7).

Menurut dia, hampir seluruh daerah mengalami permasalahan sanitasi. Untuk menanganinya, hal terpenting adalah komitmen masing-masing daerah. ”Tapi oleh sejumlah daerah, permasalahan ini dianggap tidak menarik. Beberapa kali sejumlah daerah terserang diare akibat buruknya sanitasi,” terangnya.

Untuk pembiayaan pembangunan sanitasi, sejumlah negara donor siap memberi bantuan. Suatu daerah harus memiliki Strategi Sanitasi Kota (SSK) untuk mendapat bantuan tersebut.

Pada tahun 2010, Indonesia mendapat hibah dari Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Australia (AusAID) sebesar 60 juta dollar Australia untuk proyek sanitasi dan air minum. Adapun dari Asian Development Bank (ADB) tahun 2011-2012 mendapat dana sekitar 70 juta dollar AS. ”Secara keseleruhan, sampai tahun 2011 bantuan mencapai 210 juta dollar AS,” ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi sanitasi di Indonesia termasuk buruk. Bahkan untuk tingkat Asia Tenggara menduduki nomor dua paling bawah setelah Laos. Penyebab Kematian Ketua Aliansi Kota-Kabupaten Peduli Sanitasi (Akkopsi), dokter H Rd Bambang Priyanto yang juga Wali Kota Jambi menyebutkan,  penanganan sampah masih menjadi masalah utama dalam pembangunan sanitasi.

Menurut dia, 98 persen Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih dioperasikan dengan sistem open dumping. Padahal, seharusnya menggunakan sistem sanitary landfill dan ada pemilahan antara sampah organik dan anorganik.

”Untuk mengelola sampah domestik (rumah tangga) perlu penerapan prinsip 3R, yakni reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (daur ulang) serta memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik,” jelasnya. Sekretaris Akkopsi yang juga Wali Kota Payakumbuh H Josrizal Zain SE MM mengatakan, sanitasi atau limbah yang tidak ditangani dengan baik bisa menjadi penyebab kematian nomor satu.

”Karena itulah kita ingin menuju zero waste. Bagaimana caranya sampah dan limbah menjadi unsur produksi (waste to product), menjadi bahan energi (waste to energy), dan menjadi emas (waste to gold) atau bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya. (H45-59)



Post Date : 22 Juli 2010