Jakarta - Akses sanitasi di Indonesia masih sangat tertinggal. Bahkan, sanitasi yang buruk itu berpotensi menimbulkan kerugian sampai Rp 58 triliun.
"Indonesia itu kehilangan nilai dari produksinya atau nilai dari PDB (Produk Domestik Bruto)-nya sebesar Rp 58 triliun per tahun. Ini berdasarkan studi dari Water and Sanitation Program Bank Dunia pada tahun 2007," ujar Wakil Presiden Boediono.
Hal itu disampaikan Boediono ketika memberi sambutan dalam pembukaan Konferensi Sanitasi Nasional di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (8/12/2009).
Menurut Boediono jumlah Rp 58 triliun per tahun itu setara dengan 2,3 persen dari PDB. Potensi kerugian yang bisa mencapai tingkat kerugian tinggi seperti itu, mencakup waktu produktif yang terbuang akibat sakit dan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan karena lingkungan yang kurang baik dan terhambatnya kegiatan kegiatan ekonomi lain.
"Tentu itu hanya yang bisa dihitung dalam uang, kita belum menghitung segi segi yang tidak bisa diukur dengan uang seperti berbagai aspek kualitas hidup yang secara umum dirasakan oleh masyarakat kita sehari hari," terang mantan Gubernur BI ini.
Lebih lanjut Boediono juga mengungkapkan bahwa di perkotaan hanya sebanyak 71 persen penduduk yang menikmati fasilitas sanitasi dasar, sementara di desa, hanya sekitar sepertiga dari seluruh penduduk Indonesia.
Boediono pun mengimbau partisipasi dari masyarakat di bidang yang bahkan jauh lebih fundamental yaitu bagaimana melakukan perubahan budaya, pola hidup dan perilaku dari masyarakat. Hal itu untuk mendorong tercapainya kualitas sanitasi yang main baik dan akses yang makin luas. (gun/nwk)
Post Date : 08 Desember 2009
|