|
Banda Aceh, Kompas - Kondisi sanitasi di barak pengungsi di Kompleks Kajhu Indah, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, tidak memenuhi syarat kesehatan. Akibatnya, ratusan pengungsi sejak tiga bulan terakhir terserang diare, infeksi saluran pernapasan akut, dan penyakit kulit. Kondisi ini telah disampaikan kepada pemerintah dan lembaga nonpemerintah (NGO) yang ada di Banda Aceh, namun belum ada tindakan di lapangan. Demikian disampaikan Ketua Kompleks Pengungsi Kajhu Indah Nasir Jabar di Banda Aceh, Senin (30/5), saat menerima kunjungan delegasi UN WFP (United Nations World Fund Programme) yang dipimpin Yoshio Yatsu di barak pengungsi Kompleks Kajhu Indah. Jumlah pengungsi di barak itu 2.000 orang atau sekitar 300 KK, namun hingga kini belum mendapat perhatian dari pemerintah maupun NGO. "Akibat kurang ada perhatian ini, kondisi sanitasi seperti air bersih, kamar mandi, dan WC tidak memenuhi kebutuhan dan syarat-syarat kesehatan. Jumlah air yang dibagikan hanya satu tangki per hari tidak cukup untuk 2.000 pengungsi yang tersebar di 16 barak, sedangkan kamar mandi dan WC tidak memenuhi standar kesehatan," ungkap Nasir Jabar. Kondisi ini menyebabkan ratusan warga terserang diare, ispa, dan penyakit kulit terhitung sejak Maret-Mei 2005. Di barak pengungsian Kajhu Indah ini tidak ada penerangan listrik dan setiap malam para pengungsi hanya menggunakan lampu lilin. Tetapi, lilin ini pun harus dibeli di pasar sementara pengungsi tidak memiliki dana untuk membeli. Jaminan hidup (jadup) tidak pernah dibagikan kepada pengungsi di barak ini. Padahal, sejumlah organisasi NGO telah mendatangi dan membuat pendataan jumlah penduduk untuk mendapatkan jadup. Minta beras Pada kesempatan itu salah seorang pengungsi, Emi (24), minta kepada delegasi UN WFP agar membantu beras dan lauk-pauk lagi. Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari karena tidak ada bantuan sama sekali setelah warga negara asing keluar dari Banda Aceh. Para pengungsi pria minta bantuan alat kerja seperti perahu, jaring, dan alat-alat pertanian. Mereka mengaku lelah dan bosan selama berada di barak itu tanpa pekerjaan. Yoshio Yatsu berjanji akan memberi bantuan beras dan lauk-pauk kepada pengungsi awal Juni 2005, termasuk bantuan alat-alat pertanian dan nelayan. UN WFP pada 31 April 2005 telah membantu pengungsi di NAD berupa beras, ikan sarden, mi instan, dan minyak goreng. (KOR) Post Date : 31 Mei 2005 |