Sanitasi Buruk Berpotensi Rugikan Negara

Sumber:Ujung Pandang Ekpres - 29 Oktober 2009
Kategori:Sanitasi

Makasar, Upeks- Pembangunan air minum dan sanitasi secara nasional selama ini, belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Penduduk Indonesia masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar akan air minum dan sanitasi. Dampak dari sanitasi yang buruk turut menyebabkan potensi kerugian sebesar Rp56 triliun per tahun.

Hal itu, terungkap dalam hasil rapat koordinasi nasional program Water and Environmental Sanitation (WES) Kerjasama RI-Unicef yang berlangsung di Hotel Imperial Aryaduta. Rabu (28/10). Kendala Serius yang dihadapi pemerintah adalah upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Wakil Walikota Makassar. Supomo Guntur, dalam jumpa persnya kepada wartawan menyampaikan hasil rapat koordinasi bahwa pemerintah berkomitmen, untuk memprioritaskan pembangunan air minum dan sanitasi. Target sasaran yang di tetapkan pada 2014, tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk, terciptanya Indonesia bebas dari buang air besar disembarangan. Serta meningkatkannya rumah tangga yang mendapatkan layanan pengelolaan sampah pada 80% di perkotaan

"Untuk mendukung pencapaian target yang telah disepakati dalam rapat koordinasi nasional, dengan meningkatkan kontribusi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis musyarakat. Program itu akan berada dibawah payung kebijakan nasional Air Minum dan Penyuluhan Lingkungan berbasis Masyarakat (AMPL-BM)," kata Supomo.

Data Susenas 2007, proporsi rumah tangga yang mendapatkan layanan air minum perpipaan (PDAM) hanya 18,38%. Selama 15 tahun terakhir, peningkatan layanan air minum perpipaan hanya meningkat sebesar 2,18%, jika dibandingkan pencapaian pada 1994 sebesar 16.2%.

Sementara itu, proporsi rumah tangga yang mendapat layanan air minum non-perpipaan terlindung mencapai 37,93%. Sehingga total penduduk yang memperoleh akses, baik perpipaan maupun non-perpipaan mencapai 56,3%. Terkait dengan pengelolaan air limbah, proporsi penduduk melakukan praktek buang air besar sembarangan masih cukup tinggi sebesar 28,9%. begitupun persampahan yang menerapkan prinsip 3 R (reduce, reuse, dan recycle) belum mampu mengurangi Volume timbunan sampah.

Direktorat Pemukiman dan Perumahan Bappenas. Oswar Mungkasa dari Pokja AMPL-BM didampingi Chief of WES Unicef, Francois Brikke menyebutkan, program WES Unicef merupakan salah satu dari Delapan program kerjasama RI- Unicef untuk 2006-2010. Program itu didukung pemerintah Swedia dan Belanda dengan dana sebesar USD 23 juta. Program WES sebagai salah satu program AMPL berbasis masyarakat turut berkontribusi terhadap pencapaian target pembangunan air minum dan sanitasi. Hal itu, diwujudkan melalui pembangunan model pendekatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang efektif dan efisien.

Disebutkan, program WES unicef dilaksanakan di 6 provinsi. 25 kabupaten dan 5 kota di Indonesia bagian timur. Program ini terdiri dari 3 Komponen utama, yakni komponen pedesaan, sekolah dan perkotaan. Target sasaran implementasi program di 180 desa, 5 kota besar, dan 500 Sekolah Dasar (SD).

"Sampai saat ini program WES telah herhasil memfasilitasi penyediaan air minum bagi 1.542 rumah tangga dengan capaian 7%, sanitasi sebanyak 4.369 rumah tangga capaian 20% dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat hagi 26.060 murid di 161 Sekolah dengan capaian 32%" jelasnya. (mg05/ade/D)



Post Date : 29 Oktober 2009