|
Trenggalek, Kompas - Sedikitnya 30.000 desa di 440 kabupaten di Tanah Air memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Ini berarti belum ada satu kabupaten pun yang masyarakatnya sudah berperilaku hidup sehat. Akibatnya, angka kesakitan masyarakat sangat tinggi, terutama diare, thypoid, dan kolera. Direktur Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Wan Al Kadri di Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (5/8), mengatakan, buruknya sanitasi lingkungan disebabkan oleh perilaku masyarakat yang suka membuang air besar sembarangan, seperti di kebun dan di sungai, yang airnya juga mereka gunakan untuk mandi, mencuci, dan dikonsumsi sebagai air minum. Ditambah lagi dengan perilaku tidak membiasakan mencuci tangan sebelum makan dan mengelola air minum rumah tangga dengan baik, misalnya, tidak merebus air sebelum dikonsumsi. ”Masyarakat desa lebih bagus, mereka lebih bisa menerima saran dan masukan dari petugas dinas kesehatan. Masyarakat perkotaan jauh lebih sulit, alasannya beragam, terutama terkait dengan keterbatasan lahan dan mahalnya biaya hidup,” ujarnya. Wan Alkadri mengatakan, pihaknya melakukan uji coba menggerakkan kesadaran masyarakat dengan mengadakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di 1.000 desa yang tersebar di 80 kabupaten di Indonesia selama tiga tahun terakhir. Akan tetapi, hasilnya belum maksimal. Pada tahun 2011, gerakan itu akan dicanangkan di 10.000 desa di 220 kecamatan. Ia optimistis targetnya akan terpenuhi apabila ada komitmen dari berbagai pihak terkait. Hal itu sudah dibuktikan pada saat meninjau pelaksanaan program STBM di Desa Winong, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, kemarin. Hasil riset Program Pengembangan Sektor Sanitasi Indonesia tahun 2006 memperlihatkan, 47 persen dari komunitas masyarakat masih buang air di sembarang tempat, yaitu di sungai, kolam, kebun, dan areal persawahan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek Ubaidillah mengatakan, sebelumnya jumlah jamban (kakus) cemplung (jambang tradisional) di Desa Winong hanya 40 unit dan WC leher angsa 233 unit. Setelah 7 bulan dilakukan gerakan penyadaran masyarakat dengan percontohan, jumlah jamban menjadi 356 unit dan WC leher angsa 252 unit. Dari 152 desa dan lima kelurahan di wilayah Trenggalek, baru 11 desa dinyatakan open devication free (ODF)—bebas buang air besar sembarangan. Kini, Pemkab Trenggalek menyiapkan 250 pendakwah khusus untuk memberikan ceramah pentingnya menjaga kebersihan, termasuk membuat jamban dikaitkan dengan ajaran agama. Risiko kematian anak Buruknya merebaknya penyakit, diare, tifus, dan kolera telah membahayakan jiwa anak. Untuk itu akan dilakukan strategi STBM untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat, demikian dikatakan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam sambutan tertulisnya, Senin (4/8). Menurut studi Bank Dunia tahun 2007, 19 persen kasus kematian anak di bawah usia 3 tahun (100.000 kematian anak balita) setiap tahun akibat diare. Dengan sanitasi yang baik, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, secara global risiko diare turun 36 persen. Biaya sanitasi lima dollar AS per kapita setiap tahun bisa meningkatkan produktivitas 34-79 persen dan mengurangi biaya pengobatan 6-19 persen. (NIK/evy) Post Date : 06 Agustus 2008 |