|
SALATIGA - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Semarang, Rabu (26/7) kemarin, mulai mengambil contoh air yang tercemar minyak tanah di RT 1 RW 3 Dukuh Isep-isep, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Salatiga, untuk diuji secara klinis di laboratorium. Kebijakan tersebut diambil untuk menjawab ketakutan warga dalam mengonsumsi air PDAM pascaterjadinya pencemaran. Direktur PDAM Kabupaten Semarang, Drs Ali Fozasa MM, mengatakan, dari hasil uji klinis itu, nanti diumumkan kepada masyarakat. ''Mungkin hari ini hasilnya sudah bisa diketahui. Secepatnya kami akan memberitahu. Kami tidak ingin pelayanan terganggu hanya karena masalah pencemaran,'' kata dia. Meski demikian, lanjut Ali, dari hasil laporan di lapangan, kondisi air sudah kembali seperti semula. Sejak dilaporkan Sabtu (21/7), PDAM sudah membenahinya, termasuk meminta warga untuk mengosongkan bak penampungan air. Sampai Senin (24/7), PDAM terus memantau kondisi air, yang hasilnya sudah kembali normal. ''Kalau masih ada yang berbau, kami harap bersabar. Tapi, secara keseluruhan sudah bisa digunakan masyarakat. Untuk lebih memantapkan warga, hasil dari uji klinis akan kami umumkan,'' tegas dia. Terjadinya pencemaran itu, diakui Ali, di luar wewenang PDAM. Dia juga tidak bisa menjamin, kejadian yang disebutnya adalah bagian dari sabotase itu akan terulang lagi. Sebab, peranti instalasi air PDAM sangat mudah disabotase. ''Bisa juga saat ini air bersih. Tapi, siapa sangka, nanti bisa terjadi lagi,'' sebut Ali, yang sudah menyerahkan masalah pengusutan ini kepada polisi. Perlu Uji Klinis Di tempat terpisah, Dosen Manajeman Lingkungan Perairan Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Drs Sucahyo MSi, mengatakan, selama kriteria air bersih telah memenuhi, warga boleh mengonsumsi air. Kriteria itu, yakni, air tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. ''Kalau masih ada bau, seyogyanya masyarakat jangan mengonsumsi dahulu, sebelum ada uji klinis laboratorium. Ditakutkan masih ada zat pelarut lain,'' tandas dia. Melihat kasus pencemaran itu, sebenarnya dengan cara terus-menerus menggelontorkan air, kandungan minyak tanah cepat hilang. Setidaknya untuk saat ini, PDAM proaktif mencari tahu penyebab terjadinya pencemaran dan selalu memantau kondisi air. Sementara itu, Ashuri, warga RT 1 RW 3 Dukuh Isep-isep mengaku sudah berani mengonsumsi air untuk makan dan minum, meski warga lainnya masih ragu-ragu. ''Sebelum dipakai, saya rasakan dulu. Setelah beberapa jam tidak ada apa-apa, baru istri dan anak-anak saya boleh mengonsumsi,'' kata dia. (dky-37h) Post Date : 27 Juli 2006 |