|
KLATEN - Belum tuntas penanganan pedagang yang meluber ke luar pasar, muncul lagi masalah baru di Pasar Klaten. Sampah berbau busuk, setiap pagi menggunung di utara pasar yang berada satu komplek dengan plasa tersebut. Lebih memprihatinkan, tumpukan sampah berada di jalan utara Pasar Klaten yang menjadi salah satu jalur lalu lintas utama di dalam kota. Para pedagang tentu saja terusik dengan kondisi ini. Sejak ada pembangunan fly over (jalan layang) dari pintu masuk ke lantai tiga, para pedagang oprokan terusir. Beberapa di antara mereka terpaksa berjualan di tepi jalan. Jumlahnya cukup banyak, mencapai puluhan orang. Nah, mereka inilah yang sangat terganggu dengan tumpukan sampah itu. "Sebenarnya kami nggak kuat. Tapi bagaimana lagi, karena tidak ada tempat lain untuk berdagang setelah pasar dibangun. Padahal, saya dan pedagang lain di sini tidak memiliki pendapatan lain. Jujur saja, sampah ini sangat mengganggu," ungkap Ny Mulyorejo, salah satu pedagang oprokan mewakili teman-temannya. Pantauan koran ini kemarin, sampah menggunung di lokasi tersebut sejak sore sehari sebelumnya. Sumbernya berasal dari sisa dagangan yang dijual di dalam pasar selama sehari. Sampai aktivitas pasar dimulai pukul 04.00, sampah itu tetap menggunung. Petugas dari Subdin Kebersihan dan Pertamanan (KP) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemkab Klaten, baru mulai mengambil sampah sekitar pukul 08.00. Pekerjaan itu pun membutuhkan waktu cukup lama. Sekitar setengah jam koran ini berada di lokasi, pembersihan sampah belum kelar. Petugas kebersihan ini masih memakai peralatan manual untuk mengangkat semua sampah berbagai jenis yang dibuang begitu saja ke jalan. "Pedagang di sini serba salah. Mau mencari lokasi lain tidak ada, tetapi kalau jualan di sini, pembelinya enggan. Bayangkan saja, siapa yang mau membeli makanan atau yang lain dekat sampah," keluh Purwani, pedagang telur puyuh yang duduk tidak jauh dari tempat Ny Mulyorejo berdagang. Berarti omzet pedagang anjlok ? Serempak, para pedagang mengiyakan meski nominal yang disebut berlainan. Rata-rata, penurunan omzet para pedagang ini antara 30-50 persen. Suatu jumlah yang cukup besar untuk kelas mereka. Di tempat terpisah, Kepala Kantor Pengelolaan Pasar (KPP) Pemkab Klaten Bambang Sugeng mengaku tengah berupaya menempatkan pedagang di lantai tiga pasar. Artinya, selain mencari solusi penanganan sampah, jajaran KPP ingin pedagang oprokan tidak berjualan di tepi jalan. "Apa pun alasannya tidak boleh (berjualan di tepi jalan). Saat ini, kami tengah melakukan penataan," ujar dia. (den) Post Date : 31 Oktober 2006 |