|
Jakarta, kompas - Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu saat ini lebih mirip tempat pembuangan sampah. Tak kurang dari 14.000 meter kubik sampah per hari masuk ke dua wilayah perairan di serambi DKI Jakarta itu. Akibatnya, sejak tahun 2002 produksi ikan nelayan di kawasan itu turun 38 persen. "Kawasan perairan di Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta sudah tercemar parah. Limbah pencemarnya, termasuk buangan minyak dari perusahaan penambangan minyak lepas pantai serta dari kapal-kapal tanker. Kawasan ini harus segera diselamatkan. Kalau tidak, masyarakat dan lingkungan bakal hancur," kata Bupati Kabupaten Kepulauan Seribu, Djoko Ramadhan, di Jakarta, Kamis (14/12). Selain merusak laut, pencemaran di kedua perairan itu pun mengancam hancurnya potensi pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu. Saat ini kondisi laut buruk dan mengganggu mata pencaharian 20.000 warga Kepulauan Seribu yang selama ini tergatung pada laut, mangrove, dan terumbu karang terganggu Djoko hadir sebagai pembicara dalam Seminar Internasional Pengendalian Pencemaran Laut di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Beberapa pakar kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan LSM Pro Air turut memaparkan hasil penelitian mereka. Lucy Adrianto dari IPB menjelaskan, pencemaran kedua kawasan perairan tersebut didominasi polusi dan degradasi ekosistem. Beban polusi setiap tahun di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, antara lain beban silikat mencapai 52.156 ton, posfat 6.741 ton, dan nitrogen 21.260 ton. Besarnya beban polusi karena banyaknya sampah dan limbah menyesaki kedua perairan tersebut selama hampir 10 tahun ini. Sampah dan limbah itu 90 persen berasal dari Jakarta, serta Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Akibatnya terjadi pengurangan kawasan mangrove dan terumbu karang. Untuk wilayah perairan dengan jarak kurang dari 15 kilometer dari pantai, terumbu karang hanya tersisa kurang dari lima persen, 5-10 persen pada jarak 15-20 kilometer, dan 20-30 persen pada jarak 20 kilometer lebih dari pantai. Pam Minnigh dari Pro Air menyatakan, kerusakan lingkungan laut itu jelas dampak dari perilaku masyarakat di Jakarta dan sekitarnya yang membuang sampah di sungai. Terdapat 13 sungai di seluruh DKI yang semuanya adalah "tempat sampah". Sampah itu sejak sekitar 10 tahun ini, memicu munculnya masalah utama yang menghantui Jakarta, yaitu banjir tahunan. (nel) Post Date : 15 Desember 2006 |