|
Bandung, Kompas - Beberapa pedagang makanan di Pasar Sederhana mengeluhkan tumpukan sampah di dekat tempat mereka berjualan. Menurut mereka, omzet dagangan mereka menurun sejalan dengan keberadaan sampah itu. Ketinggian sampah yang sudah mencapai dua meter juga mengganggu sekitarnya. Yuni (27), salah seorang pedagang nasi yang berjualan tepat di seberang timbunan, mengatakan, sampah sudah menumpuk sekitar lebih dari tiga minggu. Semula, kata Yuni, sampah tidak terlalu banyak sehingga bisa tertampung oleh tiga bak yang tersedia. Akibat bau dan pemandangan yang tidak sedap itu, pembeli makanan di tempat Yuni berkurang. Tadinya mah omzet sehari bisa Rp 350.000 sampai Rp 400.000. Sekarang Rp 250.000 saja susah, kata Yuni, Rabu (21/12). Pembeli yang datang pun umumnya enggan makan di tempat dan memilih agar nasinya dibungkus. Pedagang lainnya, Ema (42), menyatakan hal senada. Pokoknya turun drastis, kata Ema tidak mau menyebutkan nominalnya. Menurut dia, keberadaan sampah itu semakin menyurutkan penjualan nasi yang sudah turun sejak kenaikan harga bahan bakar minyak. Cukup buat makan aja sudah syukur, kata Ema. Ato (29) dan Santi (21), penjual ayam goreng dan nasi, pun mengaku terimbas dengan keberadaan tumpukan sampah. Jarang yang mau makan di sini, ujar Santi. Santi mengatakan, sebelum sampah menumpuk, dia bisa menjual nasi hingga 50 bungkus dan ayam goreng 10 kilogram. Sekarang, ia hanya bisa menghabiskan 5-7 kilogram ayam. Bisa habis 35 bungkus nasi juga sudah bagus, kata Santi. Selain memengaruhi pendapatan, mereka juga mengaku terganggu kesehatannya. Ema mengatakan tak tahan dengan bau yang ditimbulkan dan sering merasa sesak. Kalau ada tempat lain sih maunya pindah, kata dia. Ia mengaku baru saja sembuh dari sakit. Santi juga mengaku sering mual akibat bau yang ditimbulkan. Seperti halnya Ema, Santi juga mengaku baru sembuh dari sakit. Mungkin juga karena musim hujan dan kelelahan. Tetapi, adanya sampah benar-benar mengganggu kesehatan, ujar Santi. Hanya 60 persen terangkut Yuni menyatakan, makin hari sampah makin banyak sehingga bak tidak bisa menampung lagi. Menurut dia, sampah di tempat itu tidak hanya berasal dari Pasar Sederhana. Dari Cihampelas dan Sukajadi juga ada yang buang sampah ke sini, ujarnya. Data Dinas Kebersihan memperlihatkan, produksi sampah dari pasar mencapai 618,5 meter kubik per hari. Total produksi sampah dari berbagai sumber mencapai 7.500 meter kubik per hari. Hanya 60 persen yang bisa diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah. Saat ini pun Kota Bandung menghadapi masalah penggantian Tempat Pembuangan Akhir Sampah Jelekong yang sudah berakhir masa kontraknya. (d06) Post Date : 22 Desember 2005 |