Sampah Tiba, Kuta Tetap Didamba

Sumber:Kompas - 11 April 2011
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Hujan mereda setelah dua jam mengguyur sekitar Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (10/4) pukul 16.00 Wita. Sontak, puluhan wisatawan, pedagang, dan petugas kebersihan pun kembali berhamburan memadati dan bergembira usai berteduh. Meski sejak pagi mendung hingga matahari nyaris tak terlihat terbenam, Pantai Kuta tetap ramai.

Itulah Pantai Kuta. Pantai yang tak pernah hilang dari daftar kunjungan wisatawan dari negara mana pun. Meski pemandangannya terganggu dengan beraneka macam sampah besar dan kecil, Kuta tetap saja dipuja. Serasa berdosa jika melancong ke Pulau Dewata tanpa menikmati Kuta.

Apalagi ketika ombak Pantai Kuta tengah bagus. Wah, mereka yang pandai dan bisa berselancar tentu saja tak bisa berdiam diri. Saat hujan turun kemarin, puluhan wisatawan asing justru beramai-ramai mendekati ombak daripada berteduh dan menunggu reda. Mereka pun bersuka ria dengan papan dan gulungan ombaknya. Seru…

Made Monkey (32), instruktur surfing, menilai Kuta memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan pantai lain di Bali, seperti Pantai Sanur, Pantai Candi Dasa, dan Pantai Lovina.

Begitu pula Nyoman Jagung (65), merasakan turis tidak pernah habis datang selama hampir 30 tahun dia berdagang jagung bakar di bawah pohon waru di Pantai Kuta. Selama itu pula dia tetap berusaha turut menjaga kebersihan pantai. Tanpa beban dia menuturkan sampah-sampah itu, yang datang setiap tahun pada Desember hingga Februari.

”Tapi, tiyang (saya) tidak tahu mengapa tahun ini sampah kok terus datang. Padahal bulan Maret sudah lewat...,” katanya sambil tangannya membolak-balik beberapa jagung bakarnya.

Pemilik warung nasi di pinggir pantai asal Jombang (Jawa Timur), Bu Eko (60), juga berkata hal serupa. Bahkan mereka selalu menyebutnya sampah kiriman, meski tak tahu dari mana asalnya.

Bertahun-tahun, Bu Eko berpartisipasi membersihkan sampah itu secara gotong royong. Hanya saja, ia heran mengapa beberapa hari terakhir banyak orang memerhatikannya. Kendaraan pengeruk, truk-truk, traktor bergarpu lebar, mondar-mandir sepanjang hari.

”Pak bupati (Badung) juga menyempatkan datang. Nah, katanya, hari ini juga ada pak menteri (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik) mau datang. Semuanya dari tadi terus diminta bersih-bersih,” ujarnya.

Jadi sorotan dunia


Sejak beberapa hari lalu, Pantai Kuta jadi sorotan berbagai kalangan terutama pemerintah setempat dan sejumlah media. Gara-gara pemberitaan majalah Time berjudul ”Holidays in Hell: Bali's Ongoing Woes” terbitan 1 April lalu. Dalam berita itu menyinggung antara lain berserakannya sampah hingga bertumpuk di Pantai Kuta yang mengganggu kemolekan wajah pariwisata Pulau Dewata. Padahal kritikan itu juga sering kali dilontarkan media lokal. Entah mengapa, baru sekarang setelah pemberitaan Time, pemerintah seperti kebakaran jenggot.

Hanya saja, apa pun pedasnya kritikan itu, Pantai Kuta tetap dikunjungi ribuan wisatawan dari berbagai negara dan kota setiap hari. Jalan raya di depan pantai pun selalu saja macet karena kendaraan melintas berebut dengan kendaraan yang hendak parkir. Mereka tetap menjadikan Kuta, obyek wisata yang wajib dikunjungi terutama bagi yang baru pertama kali melancong ke Bali. Satuan petugas Pantai Kuta dan Balawista Badung selalu bersiaga, terutama menjaga mereka yang tengah berenang dan berselancar.

Ketua Satuan Petugas Pantai Kuta IGN Tresna, mengaku tak pernah lelah membersihkannya setiap hari selama musim sampah. Namun, ia pun merasa tak berdaya ketika yang datang itu menggunung setara 200 truk!

”Kami tetap merasa beruntung karena tak sendirian. Masih ada masyarakat, pedagang, dan pengunjung yang selalu rela membantu. Ada juga dua perusahaan swasta yang menyumbang satu traktor garpu lebar yang di tempatkan di Pantai Kuta,” katanya.

Kini, dia merasa lega, sebab Pemerintah Kabupaten Badung bersedia mengerahkan puluhan truk pengangkut sampah selama 24 jam. Jadi, baginya, pengunjung semestinya tak perlu khawatir dengan gangguan sampah itu. Ia pun berpesan pengunjung tidak lupa dengan kesadarannya ikut menjaga kebersihan pantai.

Introspeksi


Gubernur Bali Made Mangku Pastika tetap tenang dan berwajah dingin menanggapi kritikan tersebut. Ia pun menegaskan semuanya adalah fakta! Ia lalu mengajak semua pihak terutama para pelaku pariwisata agar introspeksi diri.

Kuta mulai ramai dikunjungi wisatawan sekitar tahun 1980-an, setelah tanaman pandan berduri yang menutupi hingga bibir pantai itu dibabat habis. Wisatawan dan pedagang pun mulai terus berdatangan hingga saat ini. Pantai Kuta pun menjadi favorit dan mendunia.

Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Denpasar, memprediksi angin barat masih bakal bertiup hingga akhir Mei mendatang. Ya, ini menandakan sampah juga kemungkinan akan datang selama itu.

Tetapi, itulah Kuta. Kuta yang selalu didamba meskipun sampah datang tidak diundang.(Ayu Sulistyowati)



Post Date : 11 April 2011