|
Jangan heran jika wilayah Jakarta selalu terancam banjir kiriman dari wilayah Bogor. Sebab, Bendung Katulampa yang menjadi pintu gerbang aliran air Sungai Ciliwung dipenuhi sampah. Sampah seberat lima ton atau seluas lapangan bola basket memenuhi Bendung Katulampa, akhir pekan lalu. Angka tersebut diketahui setelah 150 orang yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Cinta Bogor (MCB) melakukan kegitan bersihbersih di sekitar lokasi bendung, akhir pekan lalu. Anggota komunitas ini memunguti sampah-sampah yang menyumbat aliran sungai yang kerap membuat banjir wilayah yang dilintasinya itu. Kegiatan itu dilakukan dari hulu hingga ke hilir sepanjang kurang lebih satu kilometer. Ketua MCB Bagus Karyanegara mengatakan, Bendung Katulampa selalu menjadi sorotan dan barometer kewaspadaan debit air yang mengalir ke Jakarta setiap musim penghujan. Karena itu, pintu air yang dibangun pada 1911 ini harus dipastikan dalam kondisi baik. Setelah dikumpulkan, gundukan sampah seberat lima ton tersebut kemudian dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) Galuga, Kabu paten Bogor. Tapi, aksi bersih-bersih seharusnya tidak hanya dilakukan di Bendung Katulampa untuk mencegah banjir di Jakarta. “Kami berharap Sungai Ciliwung tetap bersih mulai dari hulu hingga hilir, sehingga arus air yang mengalir tetap lancar,“ kata dia. Selain banjir, kondisi sungai yang bersih juga dapat dimanfaatkan untuk wisata. Bagus mengatakan, aliran Sungai Ciliwung yang deras dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata air, seperti arung jeram. “Kalau dikelola dengan baik, sungai di sekitar Bendung Katulampa bagus menjadi objek wisata,“ kata dia. 26 titik banjir Banjir memang menjadi masalah bagi wilayah yang dilalui Sungai Ciliwung. Di Depok, misalnya, ada 26 titik banjir. Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Yayan Arianto mengatakan, jumlah tersebut sebenarnya sudah mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya sebanyak 36 titik. Tahun ini, Yayan menjanjikan, jumlah wilayah rawan banjir akan berkurang lagi. Pada 2012, Pemkot Depok berencana membenahi dua wilayah langganan banjir, yaitu Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, dan Jalan Merdeka, Sukmajaya. Cara pembenahan dua wilayah tersebut yaitu Pemkot Depok akan memperbaiki saluran air dan menertibkan bangunan pinggir sungai. Yayan mengatakan, bangunan liar di pinggir sungai menjadi penyebab utama banjir. Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan warga membuang sampah sembarangan ke sungai. “Jumlah sampah dari Kali Laya saja sudah hampir lima truk setiap harinya,“ kata Yayan. Setelah pembenahan bangunan liar, Pemkot akan membuat biopori di kedua kawasan tersebut. Pakar biopori dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Kamir R Brata mengatakan, lubang resapan biopori memang efektif mencegah banjir. Pembuatannya pun relatif mudah dan murah, yaitu dengan membuat lubang sedalam 30 cm hingga satu meter di tanah. Lubang tersebut kemudian diisi dengan sampah organik untuk memberi ruang hidup pada mikroorganisme dan fauna tanah. “Fauna tanah ini yang akan membuat biopori di dalam tanah sekitar lubang,“ kata dia. Pada tanah seluas 100 meter persegi, dapat dibuat hingga 30 buah lubang. Setiap lubang idealnya menampung delapan liter air. Secara kuantitas, debit air yang tertampung dalam lubang memang lebih sedikit dari lubang serapan lain, seperti sumur injeksi dan resapan. “Sumur injeksi dalamnya bisa puluhan meter, kalau sumur resapan antara dua sampai tiga meter.“ ratna puspita Post Date : 24 Januari 2012 |