|
Mendengar kata sampah, pastilah bayangkan negatif muncul. Sampah itu kotor. Begitulah asumsi umum, sehingga perilaku negatif dalam masyarakat pun diistilahkan sebagai ''sampah masyarakat''. Seolah sampah itu adalah semua yang berhubungan dengan segala sesuatu yang merusak dan tak berguna lagi. Tetapi, benarkah sampah yang sesungguhnya, seperti sampah plastik tidak berguna lagi? Kalau ada sampah plastik bekas kemasan berbagai produk rumah tangga, jangan buru-buru dibuang. Ternyata, sampah-sampah itu masih bermanfaat. Setidaknya itulah yang ditunjukkan oleh kaum ibu yang menjadi kader lingkungan di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dan Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Ibu-ibu rumah tangga yang ditemui wartawan dalam suatu kunjungan bersama Yayasan Unilever, Jumat (22/2) itu, telah berhasil mengubah sampah plastik kemasan sabun cuci, pewangi busana, pengharum ruangan, dan sebagainya, menjadi karya kreatif yang berguna. Mereka mengumpulkan sampah-sampah dari kemasan plastik itu lalu dicuci sampai bersih, kemudian dikeringkan dan selanjutnya dijahit. "Kalau ada yang mau minta dibuatkan tas untuk laptop, kami juga bisa membuatnya," ujar se- orang ibu kader lingkungan di Jalan Pangkalan Jati, Kelurahan Cipinang Melayu, Jakara Timur. Direktur Human Resources dan Corporate Relation PT Unilever Indonesia Tbk, Josef Bataona menjelaskan, para kader lingkungan itu adalah bagian dari program Jakarta Green & Clean. Program yang dimulai pada 2006 itu, kini telah menghasilkan lebih dari 7.000 kader lingkungan di lima wilayah DKI Jakarta. "Melalui program pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan sampah plastik, sebanyak 100 ibu rumah tangga se-DKI Jakarta telah dilatih daur ulang sampah plastik, kiat kewirausahaan, dan keterampilan praktis menjahit kemasan bekas menjadi berbagai barang bermanfaat," jelas Josef Bataona.
Menyelamatkan Lingkungan Ditambahkannya, dari situlah muncul program pemberdayaan perempuan sebagai pengusaha kecil pendaur ulang sampah, menjadi barang-barang yang bernilai guna dan ekonomis, dan sekaligus fashionable pula. "Program pemberdayaan masyarakat melalui plastik ini, selain dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, juga dapat menyelamatkan lingkungan dari bahaya sampah plastik," ujar Josef lagi. Masalah pencemaran lingkungan, khususnya sampah, memang sudah sangat mendesak untuk ditangani di Jakarta. Data terakhir dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta menunjukkan, jumlah sampah di Jakarta mencapai hampir 28.000 meter kubik per hari. Komposisinya, 65 persen sampah organik dan 35 persen sampah nonorganik. Penyumbang terbesar sampah itu berasal dari sampah rumah tangga yang mencapai sekitar 60 persen dari total sampah yang terdapat di Jakarta setiap harinya. Sampah plastik jumlahnya juga tergolong cukup besar, padahal, sampah plastik membutuhkan waktu 200 sampai 1.000 tahun untuk dapat terurai. Data dari Environment Protection Body, sebuah lembaga lingkungan hidup di Amerika Serikat, mencatat ada sekitar 500 miliar sampai 1 triliun tas plastik digunakan di seluruh dunia setiap tahunnya. Itu berarti, sampah plastik jumlahnya terhitung cukup banyak. Untuk mengurangi sampah plastik itu, ada cara untuk "memendekkan" umur sampah plastik itu dengan membakarnya. Namun, hal itu sangat berbahaya, karena kandungan limbah sampah plastik yang terlepas ke udara saat terbakar, dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, termasuk manusia. Lewat upaya mendaur ulang plastik bekas kemasan dan sampah plastik lainnya, diharapkan jumlah sampah menjadi berkurang dan hasilnya menjadi benda yang berguna serta dapat dimanfaatkan berulang kali. Contohnya tas gantung yang bisa dipakai berulang kali untuk berbagai keperluan. [B-8] Post Date : 23 Februari 2008 |