Sampah Plastik Mengancam Depok

Sumber:Media Indonesia - 14 Mei 2009
Kategori:Sampah Jakarta

DALAM sehari, volume sampah organik maupun anorganik di Kota Depok mencapai 540 m3 atau setara dengan 34,35 ton. Itu berarti dalam sebulan sekitar 16.200 m3 (1.030,5 ton) atau setahun 184.400 m3 (12.366 ton). Sebanyak 12% merupakan sampah plastik.

D Gunung sampah terparah terlihat di Jalan Raya Bogor samping Mal Cimanggis, Kelurahan Tugu, Kecamatan Ci manggis, di Jalan Sadewa dan Jalan Merdeka depan Perumahan Taman Cipayung, Kelurahan Abadi Jaya, Kecamatan Sukma Jaya. Selain bertumpuk dan berserakan, limbah sampah berwarna hitam menggenangi badan jalan serta menyebarkan bau sengit.

Menurut Kepala Badan Ling kungan Hidup Kota Depok Rachmat Subagio, penanganan gunung sampah itu harus terpadu.

“Tampaknya akan menjelma menjadi investasi bencana di masa datang,” paparnya, kemarin.

Saat ini, Kota Depok mulai kesulitan mendapatkan lahan penampung sampah. Tempat pembuangan akhir (TPA) sam pah di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas telah kritis. TPAtersebut penuh pada 2014.

Investasi bencana, kata Rach mat, akan datang dari sampah plastik yang dibuang ke sungai maupun setu (tangkapan air). Selokan dan sungai akan mampat dan menimbulkan banjir.

Kekhawatiran Rachmat bukan tidak beralasan. Hujan sejam saja seketika membuat air tergenang di Jalan Tole Is kandar khususnya de pan pabrik payung simpang Depok, Kecamatan Sukma Jaya.

Jalan Siliwangi depan Rumah Sakit Anak dan Ibu Hermina, Kecamatan Pancoran Mas, juga setali tiga uang. Air juga sering menggenangi Jalan Margonda Raya depan Kantor Wali Kota Depok, begitu pun terminal hingga ujung kampus Universitas Indone sia, serta Jalan Juanda. Lokasi tersebut merupakan kawasan ramai di Kota Depok.

Tapi yang mendesak membutuhkan penanganan adalah sampah plastik. Kampanye tidak menggunakan kantong plastik akan digalang bulan ini.

Tujuannya, untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan bahaya banjir yang dapat mengancam kesehatan dan kenyamanan 1,470 juta jiwa penduduk Kota Depok.

“Saya mengimbau dan meng harapkan para pengelola pertokoan, mal, pasar, dan lainnya tidak menggunakan kantong plastik sebagai bungkus layanan,” pinta Rachmat.

Adipura Masalah sampah yang tidak tertangani memastikan Kota Depok gagal mendapatkan Adipura tahun ini. Adipura merupakan penghargaan ter tinggi bagi kota yang berhasil mengelola lingkungannya sebagai kota tebersih.

Kepala Bidang Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok Lutfy Fau zi mengakui hal tersebut.

Ia mendapatkan informasi bahwa hasil evaluasi nilai Adipura untuk fi sik Kota Depok 2009 hanya 64,74%. Padahal syarat minimal yang harus dikantongi sebuah kota adalah 73%. Sementara itu, nilai kewilayahan mendapat 70%.

Kalau diperbandingkan an tara nilai fi sik titik pantau detail dan nilai fisik kewilayahan, lebih tinggi nilai fisik kewilayahan.

Artinya, kata Lutfy, kinerja para pejabat Kota Depok masih buruk, sedangkan kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungannya mu lai tinggi.

Sebagai Ketua Adipura 2008 Kota Depok, Lutfy mengaku sudah menanyakan programprogram untuk memperindah dan mempebersih kota kepada Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Walim Herwandi, tapi yang bersangkutan kurang perhatian.

“Untuk apa meraih Adipura?’ Begitu kata Pak Walim,” ujar Lutfy.

Menurutnya, pejabat Kota Depok perlu terus-menerus diingatkan agar bertanggung jawab atas objek yang menjadi penilaian Adipura.

Masyarakat Depok sendiri sudah menyerap pentingnya kebersihan sehingga mendapat nilai 70%. (Kisar Rajagukguk)



Post Date : 14 Mei 2009