|
BANTUL(SINDO) Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan,Bantul tak lama lagi akan menjadi energi listrik dan bahan bakar. Pembangunan instalasi gas metan dimulai 2008. Jika rencana ini terealisasi, proyek ini menjawab pengolahan sampah asal Yogyakarta,Sleman, dan Bantul (Kartamantul). Manajer Sekber Kartamantul Ferry Anggoro mengungkapkan, potensi gas metan di TPA Piyungan ini sangat tinggi. Saat ini, tumpukan sampah di TPA Piyungan sudah mencapai 25 meter. Padahal, gas metan ini secara teknis sudah bisa diolah dari tumpukan sampah-sampah setinggi empat meter. Jadi, potensi gas metan di TPA Piyungan ini sangat besar. Sampai saat ini kita belum bisa manfaatkan, terangnya. Menurut Ferry,saat ini sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk memanfaatkan gas metan ini. Kendati membutuhkan investasi yang cukup besar, pihaknya optimistis pada 2008 mendatang alat pengolahan gas metan ini sudah bisa dipasang di TPA Piyungan. Nantinya, gas metan ini dimanfaatkan sebagai sumber listrik alternatif dan bahan bakar. Namun, khusus untuk TPA Piyungan, gas metan rencananya akan dimanfaatkan untuk sumber listrik alternatif. Kita targetkan 2008 instalasinya sudah bisa dipasang,terang dia. Saat ini luas TPA Piyungan mencapai 12,5 hektare. Rencana ke depan, TPA ini akan diperlebar 15 hektare lagi setelah TPA ini penuh. Diprediksikan pada 2014 TPA Piyungan ini akan penuh. Rencananya lokasi yang baru berada di bukit sebelah timur TPA, jelas dia. Kepala UPTD TPA Piyungan Darsono mengungkapkan, peralatan yang ada di TPA saat ini belum memadai. Alat-alat berat yang ada usianya ratarata di atas sepuluh tahun. Hal ini membuat biaya pemeliharaan menjadi besar. Pada Maret silam, pengusaha nasional Arifin Panigoro memberikan presentasi di hadapan Bupati Bantul, Bupati Sleman, dan Wali Kota Yogyakarta, terkait pengolahan sampah di TPA Piyungan menjadi tenaga listrik dan pupuk organik. Namun, sampai saat ini tidak ada tindak lanjut dari presentasi tersebut. Tak Selesaikan Masalah Sementara itu, menurut Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSTLH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Eko Sugiarto, pemanfaatan gas metan di TPA Piyungan ini bukan solusi mengatasi masalah lingkungan. Menurut Eko, jika rencana itu dilaksanakan,perlu ada pembicaraan lebih lanjut melalui forum dengan menghadirkan akademisi yang ahli di bidangnya. Jangan sampai rencana ini justru menimbulkan masalah lingkungan baru. Perlu dikaji mendalam efek yang ditimbulkan, metode apa yang mereka gunakan. Jangan sampai ini justru menimbulkan masalah lingkungan baru,terang dia. Menurut doktor manajemen lingkungan ini, formulasi yang paling tepat untuk mengatasi masalah sampah ini dengan memisahkan sampah sejak dini dari sumbernya,(yaitu) lingkungan keluarga. Sampah kemudian didaur ulang agar bisa ramah lingkungan. Akan lebih baik jika TPA Piyungan itu ditutup saja. Kemudian masyarakat disosialisasikan untuk memisahkan sampah menurut jenisnya. Sampah- sampah yang telah dipisahkan ini kemudian didaur ulang, terang dia. Dengan menimbun sampah seperti yang terjadi saat ini di TPA Piyungan, menurutnya, tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Pemanfaatan gas metan pun tidak akan banyak berarti. (ainun najib) Post Date : 04 September 2007 |