|
Salah satu penyebab banjir yang hampir setiap tahun melanda Kota Makassar, Sulawesi Selatan, adalah tersumbatnya saluran air oleh tumpukan sampah. Banyak masyarakat yang masih menjadikan saluran air sebagai tempat pembuangan sampah. Dari pantauan Media di beberapa permukiman di Makassar, petugas Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota hanya mengangkut sampah warga dua kali dalam seminggu. Tetapi di areal permukiman tersebut tidak disediakan kontainer atau bak sampah. Akhirnya, warga menumpuk sampah seenaknya. Ketika hujan tiba, dipastikan tumpukan sampah akan terbawa air dam menyumbat saluran hingga menimbulkan banjir. M Nawir, salah seorang aktivis lingkungan di Makassar, mengatakan luapan air yang terjadi akibat tersumbatnya saluran sering terlihat di jalan-jalan protokol seperti Jl Urip Sumohardjo, Jl Mesjid Raya, Jl Veteran, dan Jl Sunu. ''Hujan selama satu jam saja, luapan air akan terjadi di mana-mana dengan ketinggian selutut orang dewasa,'' ujarnya, kemarin. Sementara itu, kontainer dan bak-bak sampah hanya tersedia di sejumlah ruas jalan dengan jumlah yang tidak memadai. Namun, ironisnya, kontainer dan bak sampah yang disediakan itu juga jarang dimanfaatkan masyarakat. Mereka lebih senang membuang sampah ke dalam saluran air. Kendatipun ada warga yang membuang sampah ke tempat yang disediakan, mereka tidak memasukkan sampah ke dalam kontainer atau bak, melainkan menumpuknya di sisi luar. Tidak heran jika sepanjang hari di sekitar lokasi tercium bau tidak sedap. ''Yang perlu dibangun memang kesadaran warga,'' ujar Wali Kota Makassar Ilham Arif Sirajuddin, Senin (16/8). Dia juga mengatakan jumlah penduduk Kota Makassar sekitar 1,3 juta jiwa dengan produksi sampah sebanyak 3.900 meter kubik (m3) per hari. Sedangkan jumlah tenaga kebersihan saat ini hanya 600 orang. Sehingga, menurutnya, jumlah tersebut tidak memadai. Padahal, kata Ilham, idealnya untuk setiap 1.000 penduduk seharusnya dilayani satu orang petugas. Dengan demikian, untuk melayani 1,3 juta penduduk Kota Makassar diperlukan 1.300 orang petugas. Begitu juga dengan jumlah armada truk pengangkut sampah kini hanya ada 140 unit, padahal idealnya sebanyak 350 unit. ''Dengan jumlah tenaga operasional dan armada yang sangat jauh dari ideal, wajar kalau banyak keluhan soal sampah di Makassar, dan kami akui itu. Tetapi kami tetap berusaha memaksimalkan pelayanan dari 600 orang tenaga tersebut dan fasilitas yang ada,'' ujarnya. Wali Kota Makassar ini mengakui, untuk memerangi sampah membutuhkan dana miliaran rupiah karena untuk gaji 600 petugas kebersihan saja dia harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp4 miliar per tahun. Sementara pendapatan yang masuk ke kas daerah dari retribusi sampah hanya sebesar Rp2 miliar. (SV/N-2) Post Date : 19 Agustus 2004 |