Depok, Kompas - Warga masih menutup akses jalan ke Tempat Pembuangan Akhir Cipayung, Kota Depok, sebagai buntut kegagalan warga melakukan dialog dengan Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail. Dampaknya, truk pengangkut sampah tidak bisa memasuki area itu untuk membongkar muatan.
Warga menutup akses jalan menuju area penimbunan sampah dengan besi, batu, botol kosong, ban bekas, dan kayu.
”Jika Wali Kota Nur Mahmudi datang sebentar saja, mungkin situasinya tidak akan seperti ini. Warga hanya ingin berdialog dengan Wali Kota. Sudah lama pemerintah tidak memerhatikan pembangunan wilayah di sekitar TPA Cipayung,” kata Sukiman (51), warga Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Minggu (23/1), yang ditemui di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung, Kota Depok.
Menurut Sukiman, warga ingin menyampaikan keluhan mengenai kondisi jalanan yang banyak rusak di kampung sekitar TPA Cipayung. Warga juga mulai kesulitan mencari air bersih karena rembesan air dari tumpukan sampah masuk ke dalam tanah.
”Kualitas air sekarang sangat menurun dibanding sebelumnya. Kami ingin agar pemerintah memerhatikan persoalan ini,” katanya.
Pertemuan antara Wali Kota dan warga Cipayung sebenarnya dijadwalkan hari Jumat (21/1) kemarin. Namun, ketika itu Wali Kota berhalangan hadir sehingga warga hanya berdialog dengan sejumlah kepala dinas.
Pertemuan ini tidak membuat warga puas. Mereka marah dan menutup akses jalan ke TPA Cipayung. Akses jalan ke TPA ini hanya dapat dilalui dengan menggunakan sepeda motor.
Minggu siang, ketika Kompas berkunjung ke lokasi, tampak Ketua RW 07, Kelurahan Cipayung, Atok, terlihat lalu lalang di sekitar area TPA bersama tokoh masyarakat lain. Mereka mendatangi Kantor TPA Cipayung untuk bertemu dengan petugas keamanan, memastikan agar tidak ada konflik antarwarga di lapangan.
Petugas keamanan yang berjumlah 18 orang berjaga-jaga secara bergantian. Mereka mengawasi lingkungan dalam TPA Cipayung agar seluruh alat berat tidak dirusak. Di sekitar area Kantor TPA Cipayung terlihat 54 truk pengangkut sampah. Truk ini sudah tidak bisa beroperasi lagi sejak Jumat.
Dampak penutupan
Dampak penutupan TPA Cipayung langsung terlihat di sejumlah tempat di Kota Depok. Di Pasar Kemiri Muka, misalnya, sampah menumpuk di sekitar unit pengolah sampah.
Di tempat ini, sampah meluber hingga mendekati lapak warga. Selain bau busuk, keberadaan sampah itu membuat pemandangan di sekitarnya menjadi kumuh.
Kholid (36), petugas kebersihan Pasar Kemiri Muka, kesal karena sudah tidak ada lagi tempat membuang sampah. Bahkan, hari Sabtu (22/1) lalu dua truk pengangkut sampah yang menuju TPA Cipayung terpaksa harus kembali ke pasar.
Dia memastikan situasi akan semakin buruk bila hari Senin (24/1) ini truk pengangkut sampah masih belum dapat beroperasi.
Rahmat Hidayat, Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, meminta maaf kepada warga. Menurut Rahmat, pihaknya belum dapat mengangkut sampah dengan optimal selama persoalan di Cipayung berlangsung. Sementara ini, petugas memprioritaskan pengangkutan sampah di jalan-jalan utama Kota Depok.
Rahmat mengaku, armada pengangkutan sampah benar-benar lumpuh sejak Sabtu kemarin. Pada hari Jumat, petugas pengangkut sampah masih bekerja, sedangkan hari Minggu merupakan jadwal libur mereka.
Berkait dengan penutupan akses tersebut, Rahmat tidak dapat memastikan apakah pengangkutan sampah itu akan kembali normal pada Senin ini. Pihaknya hanya bisa berharap semua dapat kembali normal dan segera dapat dilakukan negosiasi dengan warga.
TPA Cipayung setiap hari menerima kiriman sampah sebanyak 1.200 meter kubik. Sampah ini berasal dari permukiman warga dan pasar tradisional di seluruh wilayah Depok.
Selama ada penutupan TPA Cipayung, kata Rahmat, warga diminta mengolah sampahnya sendiri sebisa mungkin. Jika tidak, petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok akan memaksimalkan unit pengolah sampah sebisa mungkin. (NDY)
Post Date : 24 Januari 2011
|