|
BOGOR - Bahan baku kompos cukup melimpah di DKI Jakarta. Kota ini menghasilkan sampah organik tak kurang dari 800 ton/hari. Saat ini, yang diolah jadi kompos tak sampai 50 persen, hanya sekitar 200 hingga 300 ton/hari. Oleh karena itu, produksi pupuk kompos yang berasal dari bahan organik masih sangat potensial. Apalagi berdasarkan pendapat para pakar tanah, pupuk kimia potensial merusak tanah. Hal itu telah menimpa Indonesia. "Dunia cenderung meninggalkan pupuk kimia dan kembali ke kompos/pupuk organik," kata Direktur Utama PT Godang Tua Jaya Farming, Rekson Sitorus dalam Lokakarya Sehari "Pengolahan Sampah Pasar DKI Jakarta" di Kampus IPB Dermaga Bogor, Kamis (17/2). Perusahaan itu dibantu oleh Pemprov DKI Jakarta dan Bank Dunia melakukan pengolahan sampah DKI Jakarta menjadi kompos untuk pupuk. PT Godang Tua Jaya Farming beroperasi di Kompleks TPA Bantar Gebang dan TPA Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi. Kompos diproduksi katanya, berdasarkan pesanan saja. Produksi pertama untuk Pekanbaru dan Jambi masing-masing 500 ton kompos dengan harga Rp 500/kg. Kemudian untuk Kabupaten Majalengka, Cirebon, dan Tasik masing-masing 300 ton. Harganya Rp 175/kg karena mengambil sendiri ke pabrik. "Yang menggembirakan, Pemda Jabar sudah menganjurkan agar petani Jabar memakai pupuk kompos," katanya. Pengolahan sampah organik dari sampah pasar DKI Jakarta menjadi kompos merupakan salah satu cara untuk memperpanjang usia TPA Bantargebang. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkeinginan untuk menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam menangani sampah pasar di wilayahnya. "Keinginan itu kita lakukan karena IPB mengetahui bagaimana sampah organik dapat diubah menjadi pupuk kompos dengan menggunakan teknologi murah," kata Kepala Dinas Kebersihan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Rama Boedi, seperti dikutip Antara. Ia mengungkapkan, IPB menawarkan biaya pengolahan sampah menjadi kompos di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantargebang cuma Rp 300/kg. "Bagi yang berjiwa bisnis, peluang ini tentu saja sangat menggiurkan, terlebih sekarang ini sekitar 65 persen tanah di Indonesia kritis," katanya. Total sampah yang dibuang penduduk DKI 27.996 m3/ hari, sementara yang terangkut sebanyak 25.925 m3/hari. "Jadi, masih tersisa 2.041 m3 hari, yang menumpuk di tempat pembuangan akhir. Ini merupakan peluang pangsa pasar yang menantang, yakni ada kompos murah, teknologi murah, pasarnya pun ada," katanya. (HR/N-6) Post Date : 19 Februari 2005 |