Kebersihan Kota Medan sedang menurun dari tahun sebelumnya.Adipura 2009 tidak diperoleh.Tumpukan sampah yang meninggi didapati di sejumlah kawasan.
DI permukiman inti kota, pinggiran, maupun di pasar tradisional, tumpukan sampah terlihat cukup tinggi.Persoalan ini menjadi catatan tersendiri pada peringatan HUT ke-419 Kota Medan. Tumpukan sampah yang hampir menggunung terlihat di Kawasan Simpang Barat,tepatnya Jalan Sei Wampu Medan,Sekolah Kalam Kudus,stasiun kereta api,dan lainlain.
Pengangkutan sampah masyarakat kota dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) belum dikelola dengan baik.”Kami bayar, tapi sampah tidak diangkut. Sekarang sudah membusuk.Pengakutan sampah dilakukan seminggu tiga kali,”ujar Hatta,29,warga Jalan DI Panjaitan,kemarin. Pejabat Dinas Kebersihan Kota Medan pun mengaku bahwa persoalan ini cukup pelik. Pasalnya, kendaraan yang mereka miliki sekitar 80 unit belum bisa mengangkut seluruh sampah warga, padahal upaya mereka sudah dilakukan maksimal.
Kendaraan yang ada pun banyak yang rusak. ”Kami bukan tidak mau mengoptimalkan pengakutan sampah di Kota Medan, tetapi persoalannya kami punya keterbatasan armada. (Kendaraan) yang ada saat ini pun tidak mampu mengangkut semua sampah masyarakat yang jumlahnya cukup besar,” ungkap Kadis Kebersihan Kota Medan Arlan Nasution kemarin.
Arlan juga menilai keterbatasan dana dalam membuat TPS sementara di inti kota dan pinggiran kota juga tidak ada. Pihaknya hanya berharap APBD 2009 segera bisa digunakan sehingga persoalan ini bisa diatasi. ”Kami anggarkan pembelian 69 unit truk pengakut sampah tahun ini.Dengan tambahan armada ini, kami yakin persoalan ini bisa diatasi dengan baik.Saat ini sudah mulai tender,”tandasnya. Persoalan kekurangan armada bukanlah masalah baru.Hal ini sudah terjadi sejak akhir 2008,tepatnya sejak tidak diperpanjangnya lagi penyewaan 30 konvektor untuk mengangkut sampah.
Daya muat angkutan ini sama halnya dengan 70 truk pengakut sampah. ”Kami memang tidak menyewa lagi karena anggaran penyewaannya lebih baik untuk membeli. Namun, kemarin gagal dilakukan karena ada kenaikan harga,”ungkap Kepala Bappeda Kota Medan Syaiful Bahri. Penumpukan sampah ini sebenarnya terletak pada pengakutan sampah, bukan pada TPS.Kondisi ini pun kebanyakan terjadi di inti kota. Syaiful memaparkan bahwa konsep pengangkutan sampah daerah inti kota berbeda dengan sistem pengangkutan sampah daerah pinggiran.
Di daerah pinggiran kota,sampah diangkut dari rumah dengan gerobak dorong sampai ke TPS.Lalu,diangkut ke TPA dengan menggunakan truk sampah. ”Untuk mengatasi persoalan ini harus punya armada, jam angkut yang tepat dan cepat.Kalau di pinggiran dari rumah warga menggunakan becak pengangkut ke TPS dan baru diangkut ke TPA.TPS itu bisa saja di mana pun tempatnya asalkan ada lahan yang cukup asalkan pengangkutannya tepat waktu dan rutin,”ujarnya.
Syaiful memaparkan,penyelesaian persoalan ini bukan saja tanggung jawab pemerintah.Peran serta masyarakat juga diperlukan. Wargadiharapkan tidak membuang sampah sembarangan serta memulai konsep daur ulang dan mengurangi bobot sampah di rumah.”Kami hanya menyediakan sarana,tetapi masyarakat juga harus memiliki kesadaran membuang sampah. Dengan adanya kerja sama ini, persoalan ini akan teratasi,” ungkapnya seraya memaparkan bahwa Pemko Medan juga akan memperbaiki TPA Terjun,Medan Marelan.
Pemko Medan sendiri berjanji memaksimalkan pengakutan sampah dalam waktu dekat ini. Tidaksampai 2010 semuanya sudah maksimal. ”Sebelum2010tidakadalagikeluhan masyarakat. Kami yakin itu,” ujar Sekda Kota Medan Dzulmi Eldin. (reza shahab)
Post Date : 01 Juli 2009
|