|
PEMERHATI lingkungan hidup Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Suparto Wijoyo menuturkan,penghargaan Adipura dari Presiden SBY kepada Wali Kota Surabaya tahun ini cukup diberikan apresiatif. Namun,tentu saja pemberian itu di luar dugaan semua pihak. Sebab, kondisi taman maupun wajah Surabaya tahun ini berbeda dibanding tahuntahun sebelumnya. Dia melihat sendiri kondisi taman-taman di berbagai wilayah Surabaya mulai Barat,Timur, dan Pusat, tidak lagi dirawat dengan baik. Beberapa di antaranya bahkan tidak bisa lagi dimanfaatkan masyarakat. ”Boleh saya bilang, pemberian Adipura kali ini merupakan Adipura minimalis yang diterima Surabaya,” ujar Suparto yang juga dosen Fakultas Hukum Unair itu. Menurut Suparto, Pemkot Surabaya harusnya bisa mengatur persoalan lingkungan dengan lebih baik. Salah satunya mengatur pengelolaan sampah. Harusnya Surabaya sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Pengelolaan Sampah. Buktinya, sampai sekarang perda itu tidak pernah dirumuskan dengan baik. Yang sudah ada malah Perda Retribusi Kebersihan. ”Makanya, Surabaya harus banyak berbenah kalau tahun depan ingin mendapatkan Adipura. Pengelolaan sampah itu yangharusdiseriusi,”tandasnya. Untuk mengelola sampah, tempat pembuangan akhir (TPA) seperti di Kecamatan Benowo jangan dijadikan tempat pembuangan sampah,tapi menjadi tempat memproses sampah.Ketika konsep itu bisa dijalankan,ada pemanfaatan sampah yang dilakukan Pemkot Surabaya. Anggota Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Surabaya Acha Amelia mengatakan, secara kasatmata wajah Kota Surabaya sudah tampak lebih baik dan lebih hidup, baik pengelolaan lingkungan maupun penataan pertamanan di sepanjang jalan protokol. Sayangnya, masih ada saja sejumlah oknum Pemkot Surabaya belum bisa mempertahankan apa yang sudah baik. Dengan kata lain, kebijakan yang dibuat tak bisa berkelanjutan. Mereka lebih banyak terpaku pada kebijakan sesaat yang tidak bersifat jangka panjang. ”Terkesan Pemkot berjalan sendiri. Kalau saja Pemkot bisa bekerja sama dengan masyarakat, hasilnya jelas lebih baik,”tuturnya. Bahkan, Pemkot Surabaya sendirimasihterkesanreaksioner, seperti kebiasaan tanam pohon,Pemkot Surabaya ikutikutan tanam pohon. Begitu pun sebaliknya, sehingga program Pemkot tidak bisa bersambung. (aan haryono) Post Date : 07 Juni 2008 |