|
SEMARANG - Tumpukan sampah tampak menggunung di perempatan Jl Kanjengan dan sepanjang Jl Alun-alun Timur. Akibatnya, arus lalu lintas macet. Bahkan akses dari Jl Kanjengan tertutup sehingga kendaraan roda empat tak bisa melaluinya. Padahal jalan itu merupakan jalur padat dengan sejumlah pedagang kaki lima di pinggirnya. Berdasar pengamatan Suara Merdeka kemarin, pengendara sepeda motor yang menggunakan jalan itu harus rela bergantian agar bisa melewatinya. Menurut Munafiah, salah seorang pedagang buah di Jl Alun-alun Timur, sampah yang tak terurus itu sudah menumpuk sejak dua hari lalu. Pengerukan dengan alat berat yang biasanya dimulai pukul 07.30, kemarin baru dilakukan pukul 11.30. ''Dagangan kami jadi tidak laku karena banyak pembeli enggan kemari. Kami sendiri berusaha menahan bau sampah yang busuk itu,'' katanya. Sementara itu Sukarno, Ketua Forum Komunikasi Pedagang dan Jasa Kanjengan (FKPJK) mengatakan, keluhan soal sampah sudah disampaikan berkali-kali ke Puskoppas sebagai pengelola. Bahkan Maret 2006 lalu, pihaknya bersama Puskoppas mengadakan rapat. ''Namun ujung-ujungnya pihak Puskoppas menginginkan kenaikan tarif retribusi dengan alasan terus merugi,'' tutur dia. Dengan rencana kenaikan itu, ia berupaya menentangnya. Sebab penanganan sampah hingga kini belum maksimal. Ia mempertanyakan apabila Puskoppas terus merugi mengapa masih ingin terus mengelolanya. Pihaknya juga meminta pengelola lebih terbuka dalam hal penerimaan retribusi dari pedagang yang jumlahnya mencapai ribuan. Sebab setiap hari pedagang membayar Rp 300 hingga Rp 1.000. Karena itu pihaknya mengajukan dua opsi untuk pengelolaan sampah. Pertama, Pemkot turun tangan dengan meninjau kembali pengelola sampah di wilayah Kanjengan dan sekitarnya. Kedua, pengelolaan sampah diserahkan ke pihak lain yang lebih mampu. ''Sampah yang tidak dibersihkan dengan optimal sangat mengganggu aktivitas pasar. Bahkan saat banjir, sampah akan berserakan ke mana-mana,'' tutur dia. Hal senada diungkapkan Ketua Kelompok Penjahit dan Warung Makan Yaik Permai H Khanafi. Ia yang memiliki kios di lantai II, tepat di atas Jl Alun-alun Timur merasa sangat terganggu dengan tumpukan sampah yang menggunung tersebut. Seharusnya, kata dia, Puskoppas memiliki respons cepat dalam menanggapi keluhan pedagang yang telah membayar retribusi. ''Dengan pengelolaan sampah yang kacau, predikat Semarang sebagai kota terbersih peraih Adipura menjadi tak berlaku bagi wilayah Pasar Johar dan sekitarnya,'' tandas dia. (H22-62m) Post Date : 08 Juni 2006 |