Bandung, Kompas - Kota Bandung sulit meraih penghargaan Adipura karena terganjal sampah. Minimnya truk pengangkut sampah dan rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan menjadi pemicunya.
Demikian antara lain yang mengemuka dalam rapat evaluasi persiapan Kota Bandung meraih Adipura 2010 di Auditorium Rosada, Balaikota, Bandung, Selasa (3/11). Evaluasi ini menyoroti kebersihan di perkantoran, terminal, stasiun, pasar, dan jalan.
"Sampah memang menjadi salah satu masalah di tempat kami," ujar Sekretaris Koperasi Pedagang Pasar Induk Caringin Asep Wahyu saat mempresentasikan kondisi kebersihan Pasar Induk Caringin.
Asep memaparkan, produksi sampah di Pasar Induk Caringin mencapai 80 ton atau setara dengan 18 truk per hari. Namun, tidak ada tempat penampungan sampah yang memadai. Pengelola pasar mengumpulkan sampah di jalan di tengah pasar kemudian mengangkutnya dengan alat berat.
Sebagian sampah dijadikan kompos, tetapi Koperasi Pedagang Pasar Induk Caringin bingung mendistribusikannya. "Pernah kompos menumpuk sampai 500 ton dan akhirnya kami bagi-bagikan ke pedagang," kata Asep. Paradigma
Direktur Utama Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung Cece H Iskandar mengaku belum mampu mengangkut semua sampah di Kota Bandung. Alasannya, jumlah truk pengangkut tidak sebanding dengan volume sampah sekitar 7.500 meter kubik atau 750 truk per hari.
PD Kebersihan Kota Bandung hanya memiliki 94 truk dan 573 tempat penampungan sampah sementara. "Baru sekitar 60 persen sampah yang bisa diangkut," kata Cece.
Koordinator Program Bandung Green and Clean dari Lembaga Penerapan Teknologi Tepat Rohadji Tri mengatakan, masalah utama kebersihan bukan pada pola pengangkutan sampah. "Masalah utamanya pada budaya dan perilaku warga dalam membuang sampah. Mereka masih sembarangan membuang sampah. Ini yang harus diubah," ujarnya.
Menurut Tri, untuk mengubah perilaku warga memperlakukan sampah, butuh kampanye dan pendekatan simulatif. Ini misalnya bisa dilakukan dengan mendidik sekelompok warga dalam mengolah sampah untuk kemudian ditularkan kepada warga lain.
"Paradigma warga harus diubah. Itu juga yang sedang kami upayakan. Paling tidak sebulan sekali kami akan meninjau langsung ke lapangan untuk melihat penanganan sampah oleh warga," kata Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda. (MHF)
Post Date : 04 November 2009
|