|
Jakarta, kompas - Perairan Teluk Jakarta telah menjadi tong raksasa yang setiap saat selalu kelimpahan sampah. Berbagai jenis sampah membusuk, menebarkan aroma tidak sedap di laut. Pengamatan Kompas yang menyusuri laut Teluk Jakarta dari Marunda di timur hingga Kamal Muara di barat menyaksikan sampah bertebaran di sepanjang pantai. Sampah paling banyak terlihat di sekitar permukiman kumuh di kampung nelayan Marunda Pulo, Cilincing, Kalibaru, Muara Baru, dan Kapuk. Gundukan sampah laut paling besar terlihat di muara Cengkareng Drain. Sampah membusuk, menebarkan aroma tidak sedap setelah bercampur dengan limbah industri. Air laut tidak lagi bening, tetapi berwarna coklat, hitam, hijau, dan berbuih. Baling-baling mesin perahu cepat yang ditumpangi berkali-kali tersangkut sampah. "Meski setiap hari ada empat kapal pengumpan menjelajahi perairan pantai untuk mengumpulkan sampah dan satu kapal kargo siaga di salah satu titik untuk menampung, kami kewalahan. Ada sedikitnya 50 meter kubik sampah terkumpul setiap hari. Ini pekerjaan sekaligus tantangan paling berat," kata Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara Barmen Sijabat, Rabu (25/4). Sampah laut tidak bisa dilihat sebagai masalah yang hanya ditangani Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara saja, atau Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. "Sangat keliru kalau ada pandangan dan pendapat yang membebankan penanganan sampah hanya ke dua wilayah itu karena sampah paling banyak dihanyutkan oleh 13 sungai yang mengalir melewati tiga provinsi, yakni Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta," katanya. Penanganan terpadu Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas dan Wakil Bupati Kepulauan Seribu Abdul Rahman secara terpisah mengungkapkan, sampah laut sebagai masalah bersama yang harus ditangani terpadu oleh pusat dan daerah. Effendi bahkan tetap mengajukan gagasan perlunya manajemen pengelolaan pantai dan perairan teluk yang terpadu. Tanpa manajemen yang terpadu, sangat sulit membersihkan sampah di laut. Abdul Rahman mengatakan, sampah rumah tangga dan limbah industri terus mengepung perairan laut Kepulauan Seribu. Setiap hari ada sekitar 2.000 ton-3.000 ton sampah yang tiba di wilayah itu, dengan titik terjauh hampir mendekati Pulau Pari atau sekitar 35 kilometer dari Pantai Marina, Ancol, Jakarta Utara. Perairan laut yang masih bersih terlihat di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok dan Pantai Ancol Jakarta Baycity (Ancol). Kepala Departemen Corporate Plan Ancol YJ Harwanto menegaskan, sampah selalu datang setiap saat ke pantai akibat terbawa arus. "Setiap hari kami giat membersihkan agar tempat wisata ini selalu indah. Kalau saat banjir, ada lebih dari 100 ton sampah terkumpul per hari. Dalam kondisi normal, hanya dua atau tiga truk. Penanganan sampah laut ini seharusnya terpadu, tidak sektoral," katanya. (cal) Post Date : 26 April 2007 |