|
Jakarta, Kompas - Sampah masih menjadi ancaman terbesar terjadi banjir akibat luapan sungai dan saluran di Jakarta. Di Pintu Air Manggarai, setidaknya dalam sehari sampah yang diangkut mencapai 20 truk, dengan total bobot mencapai 5 ton. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Imam Santoso, Selasa (16/10), mengungkapkan, sampah di Pintu Air Manggarai menyumbat kelancaran aliran air Sungai Ciliwung. Sementara badan Sungai Ciliwung di Manggarai juga menyempit karena bantarannya dipadati hunian liar. Akibatnya, Sungai Ciliwung di Manggarai dipastikan akan meluap jika terjadi hujan lebat di Jakarta dan banjir kiriman dari Bogor. Penanganan jangka pendek, menurut Imam, selagi sampah di Sungai Ciliwung belum tertangani, dilakukan dengan menambah kapasitas debit air, yakni menambah pintu air. Pada tahun ini, pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 200 miliar untuk membangun pintu air tambahan di Pintu Air Manggarai, dari dua pintu menjadi tiga pintu. Penambahan pintu juga dilakukan di Pintu Air Karet di Kanal Banjir Barat, dari empat pintu menjadi lima pintu. Menurut Imam, penambahan pintu di Pintu Air Karet itu dilakukan untuk menyesuaikan jumlah debit air Sungai Ciliwung yang dialirkan ke Kanal Banjir Barat. Sebab, untuk penanganan banjir, kapasitas aliran air di hilir harus lebih besar dibandingkan dengan di hulu. Dengan ada penambahan pintu air, debit air Sungai Ciliwung di Manggarai yang selama ini hanya 330 meter kubik per detik menjadi 500 meter kubik per detik. Begitu pula di Pintu Air Karet, debitnya bisa bertambah dari 500 meter kubik per detik menjadi 700 meter kubik per detik. Proyek pekerjaan pintu air itu, kata Imam, sudah mulai dilaksanakan tahun 2012 dan ditargetkan selesai tahun 2014. Pada tahun ini juga dilakukan normalisasi Sungai Ciliwung Lama, mulai dari Pintu Air Manggarai hingga Sungai Ciliwung Lama di Mangga Dua, atau biasa dikenal Kali Item. Panjangnya mencapai 6,5 kilometer. ”Sekarang ini, lebar badan Sungai Ciliwung Lama rata-rata hanya tinggal 5-10 meter. Ini mau kami normalisasi menjadi 20 meter. Dana yang dianggarkan untuk proyek ini sekitar Rp 200 miliar,” katanya. Di tempat lain, di Jalan Nelayan Timur, RW 007, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat, Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Barat membongkar 40 bangunan liar di atas saluran penghubung sepanjang 1,5 kilometer. Saat deretan bangunan itu dibongkar, saluran tampak sudah tidak berfungsi lagi karena tumpukan sampah dan endapan lumpur. Menurut Kepala Suku Dinas PU Tata Air Jakarta Barat Heryanto, saluran penghubung ini sudah 10 tahun tak dibersihkan. ”Kami mau memulihkan kembali seluruh jaringan,” ujarnya. Menurut Heryanto, pembongkaran berjalan lancar. ”Melalui lurah dan camat setempat, kami sudah melakukan sosialisasi berkali-kali,” katanya. (MDN/WIN) Post Date : 17 Oktober 2012 |